SETELAH pada tahun-tahun sebelumnya, tema dalam peringatan dies natalis UIN Walisongo Semarang selalu berkaitan topik yang berorientasi tentang “Masa Depan”dan penuh nuansa kekinian, kini pada hari lahirnya yang ke-51 tahun, Warga kampus diajak berrefleksi dan menengok kembali “Masa Silam.” Meninggalkan bumbu tema-tema mainstream seperti Era Industri 4.0, Industri 5.0, Industri nomor-nomor berikutnya yang seakan tampak “Modern” dan “Kekinian”
Lewat Tema “Meneguhkan Spirit Moderasi Walisongo”, Sepertinya warga kampus diajak kembali menengok potret “Masa Silam”. Menengok Kembali sejarah untuk menggali kembali sisian-sisian kearifan hidup Walisongo dalam bingkai Semangat “Moderasi Beragama”.
Moderasi beragama yang oleh peneliti senior LIPI, Ahmad Najib Burhani pada tulisannya di salah satu media beberapa waktu lalu dimaknai dalam konteks sikap umat beragama. Peneliti yang kabarnya satu almamater di MAPK Jember dengan Rektor UIN Walisongo Semarang Periode sekarang ini, menyebutkan bahwa “moderasi beragama itu bukanlah melakukan moderasi terhadap agama, tetapi memoderasi pemahaman dan pengamalan umat beragama dari sikap ekstrem”
Lantas apa yang dimaksud Panitia Dies Natalis UIN Walisongo Semarang dalam penggunaan kalimat “Moderasi Walisongo”? Mungkin pemaknaan yang dimaksud panitia adalah Moderasi Beragama “Ala” Walisongo, atau Cara beragama yang moderat seperti yang diajarkan Walisongo? jelasnya bukan “Memoderasi Walisongo”, namun justru Kembali belajar dan meneguhkan kembali ajaran moderasi beragama yang telah diwariskan oleh kesembilan wali dalam majelis dakwah Walisongo.
Kisah heroik Walisongo sebagai penyebar agama Islam di tanah Jawa telah banyak dibahas, terkhusus strategi dakwahnya yang mampu melakukan enkulturasi pemahaman islam dan kebudayaan jawa dengan indah seirama. Apa yang dilakukan Walisongo barangkali adalah salah satu model terbaik dalam membawakan islam yang ramah terhadap eksistensi kearifan-kearifan lokal.
Selain sebagai penyebar Agama Islam dengan strategi dakwahnya tersebut, tidak banyak buku, makalah maupun karya ilmiah lain yang membahas mengenai sisian lain diluar risalah-risalah ketauhidan Walisongo. Pada bidang Lingkungan Hidup misalnya. Sebagaimana kita ketahui UIN Walisongo Semarang sedang semangat-semangatnya dalam upaya membangun kampus yang ramah terhadap lingkungan dan sejalan dengan arah pembangunan berkelanjutan.
Dunia selain sedang dilanda krisis kesehatan internasional dan ekonomi akibat Pandemi Covid-19 yang tak kunjung berakhir, krisis Iklim yang berimplikasi pada sejumlah bencana alam juga telah menjadi fenomena lain yang tak kalah mengerikan. Maka tepat upaya UIN Walisongo Semarang sejak tahun 2019 lalu turut ambil bagian dalam gerakan kampanye hijaunya, lewat program “Walisongo Eco Green Campus” atau biasa disingkat dengan program “WeGreen”.