INTENSITAS hujan yang tinggi dan banjir yang terjadi di wilayah Jawa Tengah awal tahun ini semakin memperparah kondisi jalan berlubang yang sudah terjadi sejak kuartal keempat tahun lalu. Jumlah lubang yang semakin banyak dan semakin dalam sangat potensial berdampak pada meningkatnya angka kecelakaan. Dampaknya adalah munculnya korban jiwa karena kecelakaan lalu lintas dan terhambatnya arus lalu lintas. Pada dampak yang terakhir, kerugian akan semakin memperparah kondisi ekonomi di Jawa Tengah. Upaya untuk mempercepat penyelesaian persoalan tersebut sudah tentu menjadi tugas utama pemerintah dan pemerintah daerah dengan mengacu pada kewenangan masing-masing. Negara harus segera hadir untuk secepatnya melakukan rehabilitasi jalan berlubang. Namun jika sepenuhnya menunggu kehadiran negara (pemerintah dan pemerintah daerah) maka akan memerlukan waktu lama. Karena itu, diperlukan partisipasi semua elemen masyarakat untuk kecepatan rehabilitasi jalan berlubang di Jawa Tengah. Terhadap warga yang memberikan laporan tentang kondisi jalan berlubang melalui berbagai kanal yang telah disiapkan oleh Pempro tentu patut diapresiasi sebagai bentuk partisipasi publik. Partisipasi tersebut setidaknya telah membantu pemerintah untuk menyedikan data secara real time dengan mudah, murah, dan cepat sehingga kemudian bisa segera dibenahi.
Partisipasi lebih jauh sangat diperlukan tidak saja dalam proses penyampaian informasi namun juga dalam proses rehabilitasi jalan berlubang. Di sinilah gotong royong menjadi sangat berarti. Pemerintah, pemerintah daerah, pemerintah desa, organisasi masyarakat, pemuda, ibuibu, swasta, TNI, bahkan partai politik perlu bergotong royong menambal jalan berlubang. Secara filosofis, gotong royong inilah nilai luhur bangsa Indonesia sebagaimana yang diungkapkan oleh Bung Karno ketika menyampaikan gagasannya tentang Pancasila pada 1 Juni 1945, gotong royong merupakan saripati dari lima sila Pancasila yang dia kemukakan.
Identitas Masyarakat