Suasana Washington yang bagaikan dalam zona perang, karena pengamanan dan personel keamanan dikerahkan secara penuh, tidak mengurangi kemeriahan pelantikan Joe Bidden sebagai presiden dan Kamala Harris sebagai wakil presiden. Publik Amerika dan dunia menunggu detik-detik penting itu sebagai kedatangan fajar kembali bagi demokrasi di negara yang mengklaim dirinya sebagai kampiun demokrasi.
Dalam pidatonya, Biden berulang kali menyinggung isu demokrasi. Dapat dimengerti, Pilpres 2020 berlangsung sangat keras dengan gaya urakan Donald Trump yang mengakibatkan rakyat Amerika terbelah. Beberapa pekan menjelang pelantikan, sekelompok pendukung Trump bahkan menduduki Capitol Hill. Tindakan premanisme yang ditengarai akibat provokasi Trump itu telah mencoreng citra demokrasi AS.
Biden kini tampil untuk membereskan warisan demokrasi yang sudah ternoda itu. Dia mengatakan, demokrasi dan sistem pemerintahan mampu mengatasi ancaman, namun kemenangan belumlah final. Penggunaan hoaks dan ujaran-ujaran kebencian sebagai alat kampanye Trump rupanya dirasakan telah merusak sendisendiri kehidupan berbangsa, dan secara tersirat Biden mengakui itu sebagai tantangan berat ke depan.