Ledakan kasus Covid-19 di Jawa Tengah membuat banyak pihak terperangah. Data per Minggu 29 Desember 2020 menunjukkan peningkatan kasus sekitar 2.000. Sebelumnya, Satgas Pusat mencatat pertambahan angka sekitar 3.000 kasus. Provinsi ini bahkan menduduki peringkat pertama secara nasional untuk pertambahan kasus. Wilayah kota/kabupaten dengan zona merah pun makin bertambah. Salah satu hal penting yang perlu diwaspadai, bahkan harus teramat sangat dicermati adalah kemunculan klaster keluarga. Makin banyak penderita Covid- 19 yang sebenarnya sangat disiplin dengan berada di rumah dan mengurangi semaksimal mungkin aktivitas di luar rumah, justru terpapar virus karena salah satu atau beberapa anggota keluarga atau warga sekitar tertular dari tempat lain.
Secara statistik, penambahan kasus 2.000-an itu termasuk sangat besar, karena mencapai proporsi hampir 30 persen dari kasus sebelumnya.
Meskipun ada sedikit silang pendapat antara otoritas pemerintah di Jawa Tengah dan Satgas Pusat, logika statistik menunjukkan ada sesuatu yang keliru dalam penanganan Covid-19 sehingga mengakibatkan lonjakan atau ledakan kasus. Seandainya dikoreksi pun, penambahan angka sebanyak itu tidak akan mengurangi signifikansi secara statistik. Maka, hal yang paling mendesak dilakukan adalah memetakan secara detail persebaran kasus, pola persebaran Covid-19, dan peninjauan secara faktual atas langkah-langkah penanganan yang selama ini sudah ditempuh. Bukan rahasia lagi misalnya, herd community tidak berjalan.