Kabar tidak menggembirakan tentang warga negara Indonesia kembali meruyak. Untuk kali kesekian kelompok militan Abu Sayyaf menyandera WNI. Peristiwa penyanderaan ini beberapa kali berulang, tidak hanya oleh kelompok Abu Sayyaf namun juga oleh beberapa kelompok militan lain seperti kelompok Somalia dan beberapa kelompok terafiliasi Alqaedah. Masing-masing memiliki tujuan tertentu.
Penyanderaan oleh kelompok penyamun, seperti kelompok Somalia, lebih berorientasi uang tebusan. Sedangkan penyanderaan oleh kelompok militan berbasis ideologi seperti Abu Sayyaf, jelas tidak semata-mata karena motivasi pemerasan atau tebusan. Abu Sayyaf, yang masih dikategorikan sebagai kelompok teroris oleh banyak negara, menargetkan tujuan-tujuan strategis melalui penyanderaan. Salah satunya, dan ini adalah salah satu strategi penting bagi kelompok teroris, adalah untuk menarik perhatian melalui publikasi media massa. Satu teori mengenai terorisme menyebutkan, publikasi adalah oksigen bagi terorisme.
Melalui publikasi media massa, kelompok teroris menyebarkan ideologi ketakutan dan secara tidak langsung mengabarkan eksistensi kelompok tersebut. Salah satu cara untuk menarik perhatian media massa adalah dengan aktivitas sensasional. Penyanderaan, serangan kekerasan secara massal, dan beberapa aktivitas teroristik bertujuan agar aktivitas tersebut terpublikasi secara luas.