BEBERAPA hari lagi hari Iduladha akan tiba. Dalam tradisi Jawa, Iduladha sering disebut dengan istilah riyaya besar. Sebab, bulan yang dalam kalender hijriah bernama Dzulhijjah itu dalam kalender Jawa juga disebut wulan besar. Pengertian bulan besar itu tentu merujuk pada peristiwa besar yang terjadi pada bulan itu. Memang benar, pada bulan Dzulhijjah ini ada dua peristiwa besar, yakni ibadah haji dan ibadah kurban. Ibadah haji merupakan ibadah puncak bagi umat Islam yang mampu menempuhnya. Sedangkan ibadah kurban merupakan ibadah yang ditekankan untuk melaksanakannya bagi yang mampu membeli hewan kurban.
Kalau biasanya jauh sebelum Iduladha, calon haji sudah mempersiapkan keberangkatannya ke tanah suci Makah dan Medinah. Namun, tahun ini Pemerintah Saudi Arabia tidak membuka kesempatan calon haji dari negara lain akibat pandemik global. Kondisi demikian inilah yang menjadikan calon haji bersedih. Sebab, mereka juga sudah lama menunggu antrean untuk beribadah haji ke Tanah Suci.
Kalau berpikir secara mendalam, pandemik global ini merupakan ujian bagi seluruh manusia dan jamaah yang akan berhaji. Sebab, dengan adanya pandemik ini apa pun yang direncanakan dan ditargetkan manusia pasti berubah juga. Di sinilah Tuhan sebagai Sang Penentu menunjukkan kekuasaan-Nya agar manusia kian mendekat kepada-Nya. Salah satu upaya manusia mendekat pada Tuhan pada bulan haji ini adalah dengan berkurban. Yaitu melakukan penyembelihan binatang ternak seperti domba, sapi, dan onta. Karena penyembelihan binatang ternak (udhiyyah) itu dilakukan pada tanggal sepuluh Dzulhijjah dan tiga hari setelahnya itulah maka hari besar itu disebut Iduladha.
Makna Kurban
Meskipun secara formal ibadah kurban itu berupa penyembelihan binatang ternak, lalu dagingnya dibagikan dan sebagian dimakan bersama keluarga, namun secara hakikat maknanya sangat mendalam. Sebab, ibadah itu sangat terkait dengan peristiwa pengurbanan dan ketaatan Nabi Ibrahim dan putranya, Ismail, terhadap Tuhannya.