JAKARTA, suaramerdeka.com - Faktor 'keyakinan agama' ternyata bukan alasan utama penolakan umat terhadap vaksinasi Covid-19. Bahkan angkanya justru paling kecil yakni 9,27 persen. Lalu apa alasan masyarakat menolak vaksin Covid-19? Kehalalan vaksin menjadi alasan sebagian responden (48,39 persen), namun soal keamanan vaksin menjadi alasan utama penolakan (66,13 persen).
Data tersebut terungkap dari hasil survei Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan, Badan Litbang dan Diklat, Kementerian Agama RI. Survei secara daring dilaksanakan pada 22-30 Desember 2020. Sebanyak 2.610 responden terpilih secara accidental sampling dari 34 provinsi tersebar dan sebangun dengan komposisi penduduk dan pemeluk agama di Indonesia (BPS 2010).
Tim survei mengungkapkan data, vaksin memberi harapan baru di tengah pandemi yang kian mengkhawatirkan. Bahkan pemerintah menegaskan vaksinasi untuk seluruh masyarakat secara gratis, namun sebagian masyarakat merasa ragu untuk vaksinasi Covid-19 (36,25 persen responden) ataupun menolaknya (9,39 persen). Mereka umumnya dari usia produktif (78 persen), tinggal di perkotaan (58 persen), berpendidikan tinggi, dan memiliki pekerjaan/penghasilan.
Mereka umumnya bukan anggota ormas keagamaan (67 persen) dan merupakan umat biasa (78 persen). "Responden yang umumnya (47 persen) ada di zona merah memandang pandemi kian mengkhawatirkan (88 persen). Maka mereka umumnya (98 persen) taat 3M meski mengakui ada gejala pelonggaran atas prokes (78 persen)," ungkap hasil survei tersebut.