Suara Merdeka Network kembali menggelar forum diskusi terbatas (FGD) melalui dalam jaringan (daring). FGD kali ini bertajuk Ngobrol Virtual dengan tema ”Warga Dunia (Asal Indonesia) Hadapi Covid-19,” Kamis, (26/11) melalui aplikasi zoom.
Empat narasumber dihadirkan yang semuanya perempuan. Mereka adalah Alda Trisda, pendiri Yayasan Trisda Literatur yang tinggal di Belgia. Kemudian Sita S Phulpin, Ketua Pasar Malam, Prancis; Rilda A Oe Taneko, penulis ”Seekor Capung Merah” (Inggris), dan Etty Prihantini Theresia, aktivis budaya (Jerman). Moderator diskusi ini Pemred Suara Merdeka Gunawan Permadi diikuti pula Wapmered Triyanto Triwikromo. Para narasumber ini berbagai pengalaman di negara masingmasing tentang kondisi saat wabah virus korona (Covid-19) saat ini.
Seperti diketahui pandemi Covid-19 ini juga melanda negara-negara di seluruh dunia. Dikutip dari situs https://www. worldometers.info, pada Jumat (27/11), virus korona ini sudah menjangkiti 61 juta warga dunia. Adapun kematian sudah menembus 1,4 juta orang.
Berbagai upaya dan kebijakan dilakukan setiap negara untuk mengerem laju penyebaran virus mematikan ini. Seperti diutarakan salah satu pembicara Etty Prihantini Theresia, aktivis budaya Indonesia di Jerman, kasus korona di negara ini belakangan cukup tinggi. Merujuk pada Worldometers, total kasus mencapai 1 juta orang dan kematian mencapai 15.767. Adapun tambahan kematian pada Jumat (27/11) mencapai 386 orang. Pemerintah Jerman, menurut Etty, juga menerapkan protokol kesehatan kepada warganya dalam menyikapi wabah virus korona ini. Termasuk saat ini pemerintah setempat memberlakukan penguncian wilayah (lock down) gelombang kedua sejak akhir Oktober lalu. Semua aktivitas berkumpulnya orang dibatasi termasuk toko-toko dan tempat kebugaran maupun olahraga masih ditutup. ”Pemerintah Jerman mengutamakn data. Artinya, bagi ilmuwan atau orang-orang yang menganalisa data, termasuk ilmuwan epidemologi diberi tempat untuk tampil di televisi atau media.