JAKARTA, suaramerdeka.com – Direktur Registrasi Badan Pengawas Obat dan Makanan Dr Lucia Rizka Andalusia mengatakan hasil uji klinis akan menjadi pegangan Badan POM untuk mengeluarkan Emergency Use Authorization (EUA) atau persetujuan darurat penggunaan vaksin Sinonac untuk masyarakat.
“Oleh karena itu, kami sangat berharap bahwa data uji klinik fase ketiga ini dapat memberikan pembuktian bahwa vaksin tersebut berkhasiat dan aman. Kami akan melihat tuh datanya, keamanannya bagaimana, persentase kejadian efek samping dan sebagainya seberapa besar. Kemudian paling penting juga adalah khasiatnya bagaimana,” ujar Dr Lucia Rizka Andalusia saat Dialog Produktif “Kelanjutan Uji Klinis Vaksin Covid-19" di Media Center Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), Rabu (21/10)
Sementara itu Ketua Tim Riset Uji Klinis Vaksin Covid-19 dari Universitas Padjadjaran, Profesor Dr Kusnandi Rusmil mengatakan antusiasme masyarakat Indonesia untuk berkontribusi menjadi sukarelawan vaksin Covid-19 sangat besar. Kebutuhan tim uji klinis dalam mengembangkan vaksin Sinovac 1.620 orang, namun pendaftarnya 2.200 orang.
Namun tidak semua pendaftar langsung bisa menjadi sukarelawan. Ada protokol ketat untuk menyaring peserta yang memenuhi persyaratan. “Yang diberikan pada orang-orang sehat berumur 18-59 tahun. Kita pemeriksaan dulu, rapid test dan swab test, kemudian dia negatif, tiga hari kemudian dia datang, ‘’ terang Prof Kusnandi.
Kemudian mereka mendapat imunisasi, sebelumnya kita ambil darahnya. Empat belas hari kemudian disuntik untuk kali kedua. Kemudian tiga bulan kemudian diambil darah (lagi), enam bulan kemudian diambil darah. Selama rentang waktu enam bulan, seluruh 1.620 peserta diperiksa kesehatannya dan reaksi tubuh terhadap vaksin yang disuntikan pada mereka.