Alenda Primavea Dewi (11) punya keinginan besar untuk masuk sekolah umum. Dia juga ingin bermain dengan teman-teman seusianya. Namun, keinginan itu tak bisa diwujudkan. Kaki kirinya yang tak bisa digerakkan membuat Vea, sapaan akrabnya, hanya dapat memendam keinginan itu.
BERBARING di atas kasur lantai di ruang tamu menjadi kegiatan sehari-hari Vea. Ditemani ibunya, Adin Puji Utami, gadis 11 tahun warga Kelurahan Bangkle RW 1/RT 4, Kecamatan/Kabupaten Blora itu menghabiskan hari-harinya bercengkrama dengan kucing-kucingnya di rumah kontrakan itu.
Sesekali matanya menatap keluar rumah. Sepertinya dia ingin berlari, berbaur dengan teman-teman seusianya yang sedang bermain di halaman. Vea hanya bisa tersenyum kala melihat temannya melambaikan tangan seperti mengajak bermain. ”Kaki kirinya tertekuk, tak bisa digerakkan. Berdiri pun tidak bisa. Sejak bayi seperti itu,” ujar Adin.
Dia menceritakan, Vea lahir prematur. Usia kandungannya ketika itu baru enam bulan dua minggu. Bayi Vea pun harus ditempatkan di inkubator selama dua pekan di rumah sakit sebelum akhirnya diperbolehkan pulang. Hanya, dalam perkembangan lebih lanjut, Vea kerap sakit-sakitan dan terpaksa dirawat di rumah sakit. Adin mengakui, ketika Vea lahir dirinya sudah diperingatkan oleh dokter, anak yang lahir prematur kemungkinan akan mengalami gangguan pada fisik atau mentalnya. ”Vea ini tulangnya yang bermasalah. Otak dan mentalnya, alhamdulillah normal. Pikirannya sama seperti anak-anak seusianya,” tandas Adin.