BANDUNG, suaramerdeka.com - Menyusul uji klinis yang bakal dilakukan terhadap Vaksin Covid-19 kolaborasi Bio Farma dan Sinovac, Tiongkok, Tim Riset Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (Unpad) yang dilibatkan dalam proses tersebut sudah menyiapkan tahapan yang dilakukan.
Rencananya, vaksin asal Tiongkok itu rencananya akan disuntikkan kepada 1.620 relawan di Kota Bandung sesuai prosedur uji klinis vaksin. Menurut Ketua Tim Riset Prof Dr. Kusnandi Rusmil, dr., Sp.A(K), M.M, uji klinis vaksin Covid-19 tersebut bergulir setelah mendapat persetujuan dari Komite Etik Penelitian Unpad.
Pada saat pengujian, Vaksin Covid-19 itu disuntikkan sebanyak 2 kali ke tubuh relawan. Relawan tersebut merupakan orang sehat yang sudah dicek kondisi tubuhnya. Penyuntikkan akan dilakukan sebanyak 2 kali per 14 hari. Secara berkala, tim akan melakukan pengawasan dan pemeriksaan terhadap setiap relawan. Pemantauan terhadap relawan dilakukan selama 7 bulan.
“Kita cari orang sehat, lalu kita suntikkan vaksinnya, apakah vaksinnya memunculkan zat anti terhadap penyakit atau tidak,” kata Prof. Kusnandi dalam keterangan yang diterima, Selasa (21/7).
Ilmuwan yang sudah menggarap uji klinis vaksin sebanyak 30 kali itu menjelaskan penyuntikan sebanyak 2 kali per 14 hari dilakukan mengingat vaksin akan menciptakan kekebalan terhadap virus Covid-19 dalam tempo 28 hari. “Perhitungan saya begitu. Setelah 28 hari orang itu akan kebal terhadap penyakit. Tetapi suntikannya harus 2 kali,” katanya.
Dalam jadwal yang disiapkan, proses penyuntikkan bakal dilakukan di 6 tempat yakni di Rumah Sakit Pendidikan Unpad, kampus Unpad Dipati Ukur, dan 4 Puskesmas di Kota Bandung. Ia memastikan, uji klinis itu tetap memperhatikan keselamatan relawan. Upaya preventif ini sudah dimasukkan ke dalam rencana kerja yang saat ini tengah ditelaah oleh Komite Etik termasuk asuransi terhadap relawan.
Guru Besar Ilmu Kesehatan Anak FK Unpad itu menegaskan bahwa pengembangan vaksin yang dinantikan banyak orang itu memiliki jalan panjang. Tahap uji klinis terhadap manusia terdiri dari tiga fase. Fase pertama, kata Prof. Kusnandi, pengujian menyasar 100 orang dewasa.