JAKARTA, suaramerdeka.com - Metode pembelajaran jarak jauh yang sudah dilaksanakan hampir 1,5 bulan masih menyisakan berbagai macam persoalan yang belum juga terselesaikan. Berdasarkan aduan yang diterima oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), faktor kemampuan guru dalam menyelenggarakan pembelajaran jarak jauh masih menjadi salah satu tantangan utama. Tantangan ini juga bersumber dari terbatasnya akses internet dan gawai pintar di kalangan guru dan siswa.
Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Nadia Fairuza menyatakan, tantangan untuk meningkatkan kompetensi guru dalam melaksanakan pembelajaran jarak jauh ini tentu saja bukan hal yang dapat diselesaikan dalam waktu singkat. Para guru memerlukan pelatihan yang ekstensif dan intensif sebelum dapat langsung menyelenggarakan pembelajaran jarak jauh dengan optimal. Akan tetapi, pelatihan semacam itu tentu tidak dapat dilaksanakan dalam keadaan darurat seperti saat pandemi Covid-19 sekarang ini.
Selain itu, tambahnya, disrupsi yang datang mendadak di sektor pendidikan ini membutuhkan solusi dan tindak lanjut yang cepat dari guru dan sekolah. Mau tidak mau, pembelajaran jarak jauh tetap harus dilaksanakan dengan sumber daya yang seadanya. Untuk mengatasi terbatasnya kemampuan guru dalam menyelenggarakan pembelajaran jarak jauh, ada baiknya sekolah dan guru dapat mengidentifikasi layanan pembelajaran jarak jauh seperti apa yang dapat digunakan oleh siswanya.
Apabila tidak ada akses internet maupun gawai pintar, guru dapat merekomendasikan siswa untuk mengakses program Belajar di Rumah yang digagas oleh Kemendikbud Bersama dengan TVRI. Selain itu, setidaknya, guru dapat berperan aktif untuk menghubungi siswa-siswanya agar tetap terjalin komunikasi yang lancar di masa pelaksanaan pembelajaran jarak jauh ini," jelas Nadia.