KARANGANYAR, suaramerdeka.com - SMPK Bharata 2 di Tengklik Jumapolo Kabupaten Karanganyar di tahun 2017 nyaris tinggal nama ketika Yayasan Kanisius hendak menutup sekolah tersebut lantaran jumlah murid terus berkurang serta tidak sanggup lagi membiayai operasional rutin dan gaji para guru yang jumlahnya cukup lumayan.
Namun sekolah tersebut masih bisa "diselamatkan" ketika Gereja Paroki Stephanus Jumapolo bersedia mengambil alih pengelolaan sekolah swasta tersebut. Dan sebagai kepala sekolah, saat itu Gregorius Gesi Raja bersedia meneruskan jabatannya, mesti dalam setahun tidak menerima gaji.
"Kita mencoba mengumpulkan kekuatan-kekuatan yang kita miliki. Satu kekuatan yang besar adalah tekat untuk menyelamatkan sekolah ini, sebab SMPK Bharata 2 Jumapolo ini satu-satunya sekolah menengah pertama Katolik yang masih tersisa di Karanganyar, yang lainnya sudah ditutup," kata Gesi Raja, ketika ditemui di sekolah, Sabtu (3/4).
Setelah ganti pengelola dari Yayasan Kanisius ke Paroki Jumapolo, sekolah tersebut justru maju bahkan favorit. Gedung sekolah yang semula terlihat kusam dan tidak terawat, kini jadi megah, sehingga lebih nyaman, tidak kalah dibanding sekolah di perkotaan. Fasilitas perpustakaan, laboratorium, dan tempat praktek kini jauh lebih memadahi, sangat mendukung untuk kegiatan siswa.
Tidak hanya bentuk fisik sekolah, manajemen sekolah, kurikulum, model pembelajaran juga dirubah. Siswa tidak hanya dikungkung di dalam kelas dan dijejali dengan teori, tapi kini sudah makin banyak kegiatan extra kurikuler di luar ruang. Pendekatan ke masyarakat, terutama umat Katolik diintensifkan. Namun karena pandemi covid-19, kegiatannya banyak yang berkurang.
Hasilnya, masyarakat mulai percaya dengan sekolah itu. Indikatornya, jumlah siswa naik sekitar 400 persen. Jumlah siswa yang semula hanya 16 anak untuk satu sekolah (kelas 1, 2, dan 3), kini menjadi 74 siswa.