BANJIR besar Kota Semarang pada awal Februari lalu menjadi momentum untuk mengevaluasi penanganan banjir di wilayah pesisir utara secara komprehensif. Banjir besar yang merendam 8 dari 16 kecamatan di Kota Semarang, salah satunya pemicu banjir cuaca ekstrem. Namun, sejumlah faktor lain turut berkontribusi, seperti penurunan muka tanah sekitar 10 cm per tahun, daerah aliran sungai kritis dan pengaruh pasang air laut.
Banjir dan rob telah lama menjadi persoalan yang tidak mudah diatasi, utamanya di Kecamatan Semarang Utara. Kawasan yang wilayahnya menjadi langganan rob dan banjir adalah Kelurahan Tambakmulyo, Tambakrejo, Tanjung Mas serta Bandarharjo. Untuk mengatasi banjir dan rob Pemerintah membangun sistem polder. Untuk mengendalikan banjir, Pemerintah Kota Semarang, mengoptimalkan pompa banjir.
Sistem ini merupakan salah satu teknologi pengendalian banjir dan rob yang diterapkan untuk mengatasi permasalahan banjir dan rob di kota-kota besar, yaitu suatu cara penanggulangan banjir dengan bangunan fisik meliputi sistem drainase, kolam retensi, tanggul mengelilingi kawasan, serta pompa dan pintu air, sebagai kawasan pengelolaan tata air terpadu.
Berdasarkan laman smart infrastruktur Pekerjaan Umum Kota Semarang tercatat total pompa 78 unit, rumah pompa 43 unit dengan total kapasitas 83.620 m3. Dari total 78 unit pompa, 67 dalam kondisi baik, 3 rusak, 4 dalam perbaikan dan 4 tidak berfungsi.