Tak hanya itu, laju KA, mengingat per petak mempunyai panduan kecepatan, bisa pula dimonitor supaya tetap berada dalam koridor. Pasalnya, OCC dapat mengakses fasilitas GPS yang terpasang di tiap-tiap KA. Dari status posisi KA, melalui alat itu kemudian dapat di-konversi menjadi kecepatan KA. Data-data ini kemudian jadi bekal untuk mengambil tindakan yang dianggap perlu dalam memastikan keamanan perjalanan.
"Apabila ada overspeed pada suatu KA, petugas OCC dapat memberikan info dan peringatan langsung kepada masinis yang sedang bertugas, petugas OCC mempunya media komunikasi melalui radio sehingga dapat berkomunikasi langsung dengan masinis. Dengan data itu pula, petugas OCC juga dapat memberikan info terkait batas kecepatan (Taspat) apabila disuatu titik ada limitation speed terkait sesuatu hal seperti ada pekerjaan, atau kecelakaan," katanya.
Lebih dari itu, kata Sjaikhunnas El Muttaqien, OCC memungkinkan pengoperasian KA tanpa masinis. Cuma persoalannya, langkah tersebut membutuhkan kerja keras. Pasalnya, ada pembaruan yang tak sedikit dan tentu saja harus dilakukan di lapangan. "Perlu effort perubahan di level stasiun, sistem persinyalan, dan di level sarana, keretanya," katanya.
Dengan fitur-fitur seperti itu, tentu banyak pengguna yang. berharap perjalanan KA semakin andal. Dan rasanya, tak ada salahnya, keunggulan sistem itu bisa dirasakan langsung masyarakat. Fitur itu bisa diakses secara umum kendati terbatas.
Cukup dibagikan kepada penumpang melalui fitur di aplikasi KAI Access misalnya. Bila pun tidak, itu bisa disiarkan melalui fasilitas display di dalam kabin dengan grafis yang menarik. Anggap saja, bagian dari pelayanan berupa "transparansi" ketepatan waktu. Bila pun akan dipadukan siaran realtime CCTV dari depan lokomotif dan belakang rangkaian, sepertinya akan semakin menarik. Biar tak bosan selama perjalanan. Bahkan siapa tahu jadi daya tarik.