TAK ada lagi langkah pramugara dan pramugari yang rutin menjejak lantai setiap kereta di antara rangkaian KA jarak jauh seiring pengandangan armada besar-besaran yang dilakukan PT Kereta Api Indonesia (KAI) imbas dari pandemi corona.
Tak ada pula suara tawaran dari mereka yang intim disebut prama dan prami itu, baik sekadar teh manis hangat maupun nasi goreng, di antara derit gesekan roda dan rel. Suasana yang kemudian berubah menjadi sebuah kerinduan di tengah serangan wabah yang belum tampak ujungnya.
Menyusul kebijakan yang diambil induknya, dengan membekukan rute-rute KA jarak jauh, PT Reska Multi Usaha yang selama ini mengelola makan minum selama perjalanan itu pun ikut terkena getahnya. Dampak pandemi corona memang menghantam semua sektor termasuk jasa transportasi.
PT KAI saja blak-blakan menyebut pendapatan dari angkutan penumpang begitu ambyar. Semula mereka bisa meraup lebih dari Rp 20 miliar perhari, tapi kini operator plat merah itu harus puas dengan angka Rp 400 juta saja. Menggenaskan, sehingga bisa dibayangkan nasib yang dialami Reska alias Restoran Kereta Api itu.
"Kami benar-benar tak ada pendapatan, nol," kata Plt Dirut RMU, Sahli di sela-sela pembukaan Loko Coffee Shop Bandung, Kamis (2/7). "Karyawan juga sempat tak digaji, kami hanya mbayari BPJS-nya saja. Selebihnya menenangkan karyawan," jelasnya.