Karena itu, menurut Oni, yang perlu ditekankan adalah menerapkan hal-hal yang tidak bisa dijangkau oleh teknologi informasi. Sebab, usaha simpan pinjam terutama dalam skala mikro sangat membutuhkan hubungan personal.
"Yang harus kami bangun itu hal-hal yang tidak bisa dikerjakan dengan komputer seperti keramahan dan sikap positif. Ibu-ibu di pasar tidak semuanya siap diajak digitalisasi. Artinya pelayanan person to person perlu dijalankan sebaik mungkin," ujarnya.
Sementara itu, pihaknya menargetkan mampu meningkatkan aset hingga 30 persen dari angka yang sekarang (178,3 miliar). Adapun total pinjaman yang diberikan per akhir 2019 Rp 138,1 miliar.
Selain itu, koperasi yang memiliki delapan ribuan anggota dan 15 unit kantor ini menargetkan mampu menambah kantor cabang di provinsi DIY dan kantor layanan di Jawa Tengah.