SOLO, suaramerdeka.com - Kenaikan Dolar AS terhadap rupiah belakangan ini tampaknya tidak berdampak signifikan terhadap industri jamu nasional. Sebab, kata wakil ketua Gabungan Pengusaha (GP) Jamu Jawa Tengah, Agung Sushena, bahan baku jamu hampir 100 persen lokal. Kalau pun impor hanya ginseng, itu pun hanya sekitar dua dari nilai total produksi. Soal kemasan jamu yang ada kandungan impornya, seperti plastik dan lainnya, pihak pemasok atau suplier belum menaikan harga.
Meski tidak terdampak, namun industri jamu tidak mampu memanfaatkan momentum penguatan Dolar AS yang angkanya hampir menyentuh Rp 15.000. "Sebab jamu yang diekspor secara langsung, khususnya ke negara-negara Asean tidak sampai lima persen, selebihnya, 95 persen, masih dijual lokal," kata direktur utama PT Jamu Gujati tersebut.
Hal itu dikatakan usai acara "minum jamu bareng" bersama para siswa SMAN 1 Sukoharjo di halaman sekolah setempat. Selain minum jamu bersama, acara juga diramaikan dengan game (permainan) seru. Selain itu, juga ada motivasi bagi siswa-siswi yang saat itu berlatih pramuka.