Umat Islam kini memasuki bulan Syakban, bulan ke-8 dalam kalender Islam. Bulan persiapan untuk pemusatan latihan spiritual di bulan berikutnya, yaitu Ramadhan. Dari namanya saja, Sya’ban memiliki arti yang spesial: bulan di mana berbagai kebajikan yang banyak dikumpulkan (innahu yatasya’a’abu fihi khairun katsirun).
Dalam kitab Durratun Nasihin, Rasulullah Saw membandingkan bulan Sya’ban dengan bulan-bulan lainnya ibarat keutamaan Rasulullah Saw dengan nabi-nabi lainnya (fadhlu sya’bana ‘ala sairi al-syuhuri kafadhli ‘ala sairi al-anbiya).
Sayyid Muhammad al-Maliky dalam Ma Dza fi Sya’ban (1424 H) menjelaskan hal-hal penting di bulan ini sehingga umat layak mengistimewakannya. Antara lain: perpindahan arah kiblat (tahwil al-qiblat) dari Masjid al-Aqsa ke Masjid al-Haram, diangkatnya amal (raf’u al-‘amal), ditetapkannya umur seseorang dan lain-lain.
Keberadaan malam nishf sya’ban juga menambah bobot bulan ini. Inilah lailatul qadar-nya bulan Sya’ban yang sayang sekali kalau lewat begitu saja. Minimal kita isi dengan doa untuk kebaikan hidup kita semua. Syukur-syukur disempurnakan dengan memperbanyak ibadah kepada-Nya.
Banyak cara digunakan seorang muslim dalam rangka memuliakan dan menghormati bulan ini. Salah satunya dengan berpuasa sunnah pada bulan ini. Malam nishf sya’ban dapat diisi dengan berdoa dan membaca surat Yasin tiga kali bakda magrib. Semua itu diniati karena Allah Swt, dengan harapan semoga kita diberikan umur panjang dalam keadaan taat kepada-Nya, dihindarkan dari segala bala dan musibah, dan diberikan kecukupan kebutuhan hidup serta husnul khatimah.
Muslim nusantara memaknai bulan Sya’ban lebih meriah dan bernas. Di bulan ini, umat Islam melakukan ziarah kubur (nyadran) ke makam leluhur, biasanya diawali dengan kegiatan resik kubur (membersihkan) secara bersama-sama oleh warga kampung. Jika tidak memungkinkan, umat Islam akan melakukan tahlil massal di masjid. Kegiatan ini disebut arwah jamak, yaitu kegiatan berdoa bersama untuk mendoakan leluhur yang sudah meninggal dunia.