Kaya suruh seperti daun sirih. Lumah kurebe beda, sisi atas dan sisi bawah berbeda. Yen gineget kalau digigit, pada rasane, rasanya sama. Jelas, sirih bagian atas berbeda dengan bagian bawah. Namun pitutur ini mengajarkan kepada kita agar kita lebih mengutamakan persamaan dan tidak terlalu mengemukakan perbedaan.
Hal ini terbukti dengan ungkapan "yen gineget pada rasane". Karena dengan menitikberatkan pada persamaan kita akan dapat mengeliminasi perbedaan sehingga perbedaan tidak semakin tajam. Mempertajam perbedaan akan memunculkan friksi, konflik dan permusuhan. Akhirnya perpecahan yang akan terjadi dan semua orang menyesalinya.
Contoh untuk pitutur ini sering digambarkan sebagai sikap penjajah yang pernah menjajah negeri kita. Kita pernah dijajah oleh negara dari benua Eropa. Kita Kita juga pernah dijajah oleh negara dari benua Asia. Eropa tentu berbeda dengan Asia. Tetapi penjajah tetaplah penjajah, sama-sama ingin menguasai dan mengambil kekayaan kita.