JAKARTA, suaramerdeka.com - Peningkatan produktivitas tanaman pangan dan hortikultura,baik dari segi lahan maupun tenaga kerja, mutlak diperlukan untuk menghadapi berbagai tantangan di sektor pertanian.
Termasuk yang diakibatkan oleh pertumbuhan penduduk yang cepat serta semakin terbatasnya lahan.
Selain itu, peningkatan produktivitas dapat menjadi salah satu cara untuk meningkatkan kesejahteraan petani.
“petani Indonesia didominasi oleh petani kecil atau petani gurem. Data BPS 2019 menunjukkan sebanyak 58,73 persen rumah tangga pertanian menggarap lahan yang luasnya lebih kecil dari 0,5 ha. Mereka ini tergolong petani gurem,” jelas Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Aditya Alta.
Baca Juga: Nelayan Cilacap Gelar Sedekah Laut, Berharap Pandemi Segera Berakhir
Beberapa tantangan yang dihadapi para petani antara lain adalah terbatasnya kesempatan kerja di pedesaan menurunnya jumlah rumah tangga yang memiliki lahan pribadi.
Jadi, menyebabkan semakin banyak petani yang menjadi buruh tani tanpa lahan serta kurangnya akses kepada input pertanian yang berkualitas.
Padahal, akses kepada input pertanian berkualitas dapat membantu peningkatan produktivitas tanaman pangan dan hortikultura.
Statistik menunjukkan produktivitas padi, kedelai dan bawang merah cenderung landai dalam beberapa tahun terakhir dengan masing-masing di angka 5 ton per hektare gabah kering giling, 1,5 ton per hektare biji kering dan 10 ton per hektare.
Sementara itu, produktivitas jagung menunjukkan tren yang meningkat dengan capaian 5,5 ton pipilan kering per hektare pada 2019 lalu.
Belajar dari kesuksesan peningkatan produktivitas tanaman jagung, salah satu upaya yang dapat dilakukan pemerintah untuk mendorong produktivitas tanaman padi adalah dengan meningkatkan skala penggunaan varietas unggul, khususnya padi jenis hibrida.
Hingga saat ini tingkat penerimaan petani terhadap benih padi hibrida masih sangat rendah.
Sayangnya, lanjut Aditya, program-program subsidi dan bantuan masih menemui kendala, seperti kelangkaan pupuk, disparitas harga dan penciptaan secondary market, pilihan yang terbatas, overdosis urea dan pemupukan tidak seimbang, kurangnya penggunaan benih unggul dan anggaran yang besar.
Penelitian CIPS merekomendasikan beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan petani lewat input pertanian.
Artikel Terkait
Pemda Kalsel Bantu Warga Isoman Sumbang Hasil Panen Petani, Menko Airlangga Beri Apresiasi
Untungkan Petani, Peneliti Unnes Dorong Penerapan Sistem Maro
3.261 Sertifikat Petani di Lereng Gunung Ungaran Ditarget Selesai Tahun Ini
Sempat Lesu Karena Petani Tak Bergairah, Ekspor Salak Sleman Kembali Menggeliat
Petani dan Pedagang Tembakau Masih Rugi, Bupati Temanggung: Harga Perlu Dinaikkan Lagi