NGAWI, suaramerdeka.com - Karunia Allah SWT, berupa mata air Sumber Lanang, berhasil dimanfaatkan secara optimal oleh pengelola Perkebunan dan Pabrik Teh Jamus, Kabupaten Ngawi, dengan cara membangun Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH).
Dari rencana semula yang untuk menghemat biaya produksi, pembangunan PLTMH pada tahun 2007 yang didanai warga LDII tersebut, ternyata memberikan berbagai manfaat baik itu bagi internal perkebunan dan pabrik yang didirikan sejak jaman kolonial Belanda (1928) tersebut, dan masyarakat di sekitarnya. Dan hal tersebut selaras dengan tekad LDII memberikan sumbangsih bagi bangsa Indonesia melalui pengembangan Energi Baru Terbarukan.
Menurut Purwanto Wahyu Priyono, pengelola perkebunan dan pabrik tersebut, selain memberikan penghematan yang signifikan terhadap biaya solar untuk menjalankan Genset guna menjalankan proses produksi, masyarakat juga merasakan menfaat langsung dengan kehadiran PLTMH
"Penghematannya terasa sangat signifikan. Bila semula biaya untuk solar itu mencapai hingga Rp. 80 juta perbulannya, kini turun hingga Rp 7 juta saja. Juga polusi asap berkurang. Selain itu Sewaktu kita membangun PLTMH disini pada 2007 lalu, kita melakukan pipanisasi dari mata air Sumber Lanang, untuk dialirkan ke PLTMH. Dengan pipanisasi ini warga desa sekitar perkebunan dan pabrik ini, mendapatkan air lebih banyak ke sawah mereka. Sebelum adanya pipanisasi air dari Sumber Lanang sebagian terbuang ditengah perjalanan menuju sawah mereka yang dibawah. Pipanisasi terbuki efektif untuk mencegah terbuangnya air, dan dapat mengairi areal sawah yang lebih luas dibawah sana," papar Purwanto saat menerima suaramerdeka.com di kantor pabrik teh yang terletak di perbatasan Jawa Timur dengan Jawa Tengah tersebut, Senin (18/3) lalu.
Menurut Purwanto, pembangunan PLTMH 100 ribu Watt pertama senilai Rp. 1,6 Miliar tersebut, sudah mencukupi untuk penerangan dan beberapa proses produksi, serta masih tersisa 30 persen daya listrik. Akhirnya sisa 30 persen daya listrik tersebut digunakan untuk menjalankan heater untuk mengeringkan teh. Dan pemakaian heater elektrik tersebut menggantikan sebagian besar peran heater peninggalan kolonial yang menggunakan kayu bakar.
"Maka disini lalu muncul istilah dengan air kita mengeringkan teh. Dengan adanya, peran heater listrik ini, maka biaya kayu bisa turun hingga 70 persen lebih. Selain menghemat hal ini juga melestarikan Lingkungan Hidup, karena penggunaan kayu untuk heater berkurang signifikan. Setelah terasa manfaat PLTMH, maka kami memutuskan menambah lagi PLTMH 100 ribu Watt pada 2010, dengan biaya lebih murah yaitu Rp. 900 jutaan, karena hanya tinggal memanfaatkan infrastruktur yang telah ada. Juga pada 2017, kita bangun lagi PLTMH Jamus III dengan biaya Rp. 2,3 Miliar, karena selisih 10 tahun harga jadi mahal. PLTMH Jamus III ini berada diluar lokasi Perkebunan. Ini untuk menunjang rencana dimasa depan, sekaligus mengurangi beban kerja PLTMH, karena bisa dibagi tiga. Selain itu kelebihan listrik yang kami sumbangkan untuk penerangan jalan desa diwilayah perkebunan dan pabrik," jelas dia.
Dengan adanya dua manfaat, yaitu pipanisasi yang membuat aliran air dari mata air Sumber Lanang efektif mengairi sawah mereka, dan penerangan jalan desa, maka di masyarakat menurut Purwanto, muncul kesadaran untuk menjaga kelestarian hutan diatas mata air Sumber Lanang. Juga kesadaran untuk melakukan penghijauan, demi menjaga pasokan air dari mata air tersebut. Keberhasilan PLTMH Jamus I,II dan III memberikan manfaat bagi banyak pihak ini juga sudah dipaparkan dan mendapat apresiasi Presiden Joko Widodo pada Rakernas LDII Oktober 2018 lalu.