Politik Berkebudayaan Jadi DNA PKB, Jawab Tantangan 1 Abad Nahdlatul Ulama

GROGOBAN, suaramerdeka.com - Wakil Ketua DPW Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Jawa Tengah Denny Septiviant menyatakan, DNA politik PKB adalah adalah politik berkebudayaan.

Sebab menurutnya jalan politik kebudayaan PKB dapat menjawab salah satu tantangan 1 abad NU.

Yakni memanusiakan manusia di tengah ancaman dehumanisasi yang begitu cepat dan dahsyat akibat revolusi teknologi, terutama revolusi teknologi informasi atau IT.

Baca Juga: Program Eksportir Tangguh 2023, Upaya Disperindag untuk Meningkatkan Volume Ekspor

Hal tersebut disampaikan Denny Septiviant, dalam acara Sosialisasi Kebijakan Melalui Media Tradisional dengan menampilkan Punokawan Milenial dari Komunitas Candi Joglo Grobogan.

Kemudian dilanjutkan dengan Pelantikan Garda Bangsa Kabupaten Grobogan, belum lama ini.

"Politik berkebudayaan harus jadi strategi PKB, sebagaimana para wali dan ulama NU terdahulu menggunakan kebudayaan sebagai jalan dakwah Syiar Islam.

Baca Juga: Hasil Coppa Italia: AS Roma Disingkirkan Cremonese, Kalah 1-2 di Perempat Final

Dikatakan, bersentuhan dengan tradisi atau kesenian bukanlah hal yang tabu karena Islam sebenarnya adalah agama yang penuh kasih sayang untuk seluruh umat.

Yang terpenting adalah mencari harmonisasi antara agama dan kebudayaan sehingga tak terjadi benturan di antara keduanya.

"Ini warisan strategi dakwah yang harus terus kita reproduksi sebagai bagian identitas politik PKB", ujar Anggota FPKB Jawa Tengah dari Dapil 5 ini.

Baca Juga: Respon Banjir Dinar Indah, Ita Pantau Sungai Mluweh Ungaran, Minta Tangani Hulu Sungai

"Saya sangat mengapresiasi kegiatan Pelantikan dan Rakercab Garda Bangsa Kabupaten Grobogan ini yang menghadirkan seniman-seniman lokal, dengan pementasan yang membawakan nilai-nilai ajaran luhur bangsa ini."

Termasuk bagaimana tadi seniman-seniman kita ini mengingatkan kita untuk tidak silau dengan money politics," ujarnya.

Denny juga meminta kepada Garda Bangsa sebagai kader-kader muda PKB untuk mempelopori para Nahdliyin untuk menjadikan satu abad (100 tahun) usia Nahdlatul Ulama (NU) sebagai momentum penguatan sekaligus merencanakan program-program untuk kemajuan NU menuju abad ke-2 usia NU.