Argumen Kembali ke Sistem Pemilu Proporsional Tertutup, Dinilai Tidak Berkembang dan Terjebak Masa Lalu

- Jumat, 13 Januari 2023 | 22:40 WIB
Direktur Eksekutif Lingkar Madani Indonesia (LIMA) Ray Rangkuti. (Foto: Dtc)
Direktur Eksekutif Lingkar Madani Indonesia (LIMA) Ray Rangkuti. (Foto: Dtc)

SUARAMERDEKA.COM - Partai Golkar menjadi inisiator pertemuan sejumlah elite partai politik untuk menyampaikan sikap bersama terkait penolakan wacana sistem pemilu proporsional tertutup diberlakukan kembali.

"Ini ada kepentingan bersama terkait dengan kedaulatan rakyat dan ini bukan hanya dirasakan Partai Golkar, tapi oleh seluruh partai peserta pemilu," ujar Ketum Golkar Airlangga hartarto.

Sebanyak 8 parpol menegaskan komitmennya mendukung sistem pemilu proporsional terbuka, mengecualikan PDIP yang mendukung proporsional tertutup.

Baca Juga: Untuk Apa Beli STB? Kenyataannya Ada Masyarakat dapat Menyaksikan Siaran TV Digital Melalui TV LED Minus STB

Pengamat politik Ray Rangkuti menilai argumen untuk kembali ke sistem pemilu proporsional tertutup tidak berkembang dan cenderung terjebak ke masa lalu.

Berbeda dengan argumen pendukung proporsional terbuka yang cenderung berkembang dan berdimensi masa depan.

"Saya kira mempertahankan argumennya (proporsional terbuka) itu jauh lebih banyak, bisa tiga kali lipat dari kembali ke proporsional tertutup," terang Ray.

Menurutnya, tiga garis besar argumen yang mendukung sistem proporsional tertutup yakni peserta pemilu adalah parpol, konsolidasi parpol, dan pemilu berbiaya rendah.

Baca Juga: Gercep! Pesan STB Gratis Sekarang Juga, Kominfo Lagi Berbagi Set Top Box Gratis untuk Masyarakat Tak Mampu

Sementara itu, argumen pendukung proporsional terbuka justru terus berkembang.

"Kalau itu berdimensi masa lalu, sudah kita alami. Justru berbuka itu adalah titik balik dari yang lalu," lanjutnya.

Ray menjelaskan argumen penguat sistem proporsional terbuka yang berhubungan dengan masa depan yakni keberadaan dan perkembangan media sosial.

"Kita ini hidup di era teknologi, di mana era media sosial menjadi perangkat yang paling utama dalam kehidupan kita sehari-hari. Dan di media sosial itu politik juga diatur. Sudah banyak keputusan-keputusan politik itu berdasarkan media sosial," terusnya.

Baca Juga: Hahhh? TV Tabung Tanpa STB Ternyata Bisa Digunakan untuk Menonton Siaran TV Digital? Begini Caranya

Menurutnya, hal itu menandakan dominasi media sosial begitu besar dan mampu menentukan wajah politik.

Halaman:

Editor: Nugroho Wahyu Utomo

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X