Ibaratkan Tikus Mati di Lumbung Padi, MPR Titip Pesan ke Jokowi Soal Harga Pangan Global Naik 14 Persen

- Senin, 9 Januari 2023 | 19:21 WIB
Wakil Ketua MPR, Syarief Hasan meminta pemerintah untuk memitigasi kenaikan harga pangan global yang mencapai rekor tertingginya sepanjang tahun 2022. (foto: mpr.go.id)
Wakil Ketua MPR, Syarief Hasan meminta pemerintah untuk memitigasi kenaikan harga pangan global yang mencapai rekor tertingginya sepanjang tahun 2022. (foto: mpr.go.id)

JAKARTA, suaramerdeka.com - Organisasi pangan Dunia (FAO) pada Januari 2023 merilis indeks pangan dunia mencapai titik tertinggi sebesar 143,7 poin atau 14,3 persen lebih tinggi dibandingkan tahun 2021.

Terkait hal tersebut, Wakil Ketua MPR, Syarief Hasan meminta pemerintah untuk memitigasi kenaikan harga pangan global yang mencapai rekor tertingginya sepanjang tahun 2022.

Syarief mengatakan apa yang disampaikan oleh Badan PBB tersebut perlu disikapi dengan serius.

Baca Juga: Bye Bye STB, Menggunakan Antena UHF Tanpa STB Bisa Menangkap Siaran TV Digital, Namun Pehatikan Hal Ini

Lanjutnya, ini tentu menjadi peringatan bagi Indonesia mengingat ketahanan pangan masih menjadi polemik yang tidak juga berkesudahan.

Selepas bencana kelangkaan dan kenaikan harga pada beberapa komoditas sepanjang tahun 2022.

“Sepanjang 2022, kita mengalami kerawanan pangan. Kelangkaan dan kenaikan harga beberapa komoditas pokok rakyat seperti daging, telur, dan juga minyak goreng masih menyisakan berbagai pertanyaan dalam skema mitigasi dan solusinya," kata Syarief dilansir dari laman MPR.

Baca Juga: Alhamdulillah! Kominfo Masih Membagikan STB Gratis ke Masyarakat Tak Mampu, Buruan Pesan Sekarang Yukkk

Menurut Syarief, laporan dari FAO ini perlu menjadi atensi publik, khususnya pemerintah agar mengambil tindakan yang cepat, perlu, dan terarah.

Jangan sampai kita terlambat menyiasati dinamika ketersediaan pangan global yang semakin mengkhawatirkan.

Lebih lanjut, Syarief mengungkapkan terganggunya rantai pasok komoditas global sebagai dampak langsung dari perang Rusia – Ukraina juga mempengaruhi situasi pangan domestik.

Badan Pusat Statistik melaporkan bahwa produksi beras nasional mengalami tren penurunan dari tahun ke tahun.

Baca Juga: Ajaib! Ternyata Ada yang Bisa Menyaksikan Siaran TV Digital Lewat TV Tabung Tanpa STB, Stop Buang TV Tabung

Pada 2018, beras tersedia sebanyak 33,94 juta ton, terus menurun menjadi 31,31 juta ton (2019), 31,50 juta ton (2020), dan 31,36 juta ton (2021). Ini tentu harus menjadi catatan, kinerja pangan kian memburuk.

Jangan sampai kita mengalami ancaman berganda: kinerja domestik dan ketidakpastian global.

Halaman:

Editor: Nugroho Wahyu Utomo

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X