SURABAYA, suaramerdeka.com - Bonek, pendukung kesebelasan Persebaya, tak tinggal diam menyaksikan penderitaan warga Nusa Tenggara Barat (NTB) yang tertimpa musibah gempa bumi. Mereka menerjunkan relawan serta menyalurkan bantuan bernilai ratusan juta rupiah.
Bantuan senilai Rp 135 juta ini diperoleh dari penggalangan donasi lewat rekening maupun penumpulan dana di jalanan.
Ada dua kelompok yang menerjunkan relawan, yakni Arek Bonek 1927 dan Green Nord. Arek Bonek 1927 menerjunkan 10 orang relawan yang berangkat bersama dan dua orang yang berangkat dengan kemauan sendiri. Sementara Green Nord juga menerjunkan 10 orang relawan untuk menyalurkan dana Rp 40 juta dari masyarakat yang berasal dari penggalangan dana dan pembukaan rekening.
Uang itu dibelikan barang yang kemudian diangkut dengan truk menuju NTB.
"Kami membawa banyak barang, mulai dari beras, mie instan, sarden, minyak goreng, alat salat, pembalut wanita dan lain-lain," kata Agus Raharjo, salah satu Bonek.
Muhammad Marzuki, Bonek Tambaksumur Waru mengatakan, para relawan juga melakukan upaya penyembuhan traumatis terhadap korban gempa, terutama anak-anak.
"Saat kami datang, anak-anak ini ya tak terawat. Lalu kami panggil mereka satu per satu. Kami mengadakan perlombaan dan memberikan hadiah hiburan baik bagi yang menang maupun yang kalah. Malam harinya, kami memutar film dan nonton bareng di lokasi pengungsian," tambah Muhammad.
Ajakan foto bersama cukup ampuh untuk membuat anak-anak itu ceria. "Kami bilang saja: 'Ini masuk TV'. Mereka langsung senang dan bernyanyi-nyanyi," kata Marzuki.
Arek Bonek 1927 membuka posko di Dusun Kecong, Desa Sokong, Kecamatan Tanjung, Kabupaten Lombok Utara. Sementara Green Nord membuka posko di Narmada, dekat Mataram, ibu kota NTB.
"Karena anak-anak Arek Bonek 1927 ke Lombok Utara, kami menyalurkan bantuan ke kawasan Lombok Timur, di kaki Gunung Rinjani," kata Agus.
"Kegiatan paling utama kami adalah membagikan logistik dari para donatur, karena logistik sangat kurang. Kami bingung juga saat mau berhenti. Ibaratnya seperti setetes air di lautan. Bantuan di Lombok Timur minim dibandingkan begitu banyaknya korban yang membutuhkan," pungkasnya.