JAKARTA, suaramerdeka.com - Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting Pangi Syarwi Chaniago menilai Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) mempunyai ikatan yang lebih kuat.
Sebab direkatkan dengan landasan programatik dibanding koalisi yang direkatkan dengan basis kandidat yang dinilai lebih rapuh.
"Jadi wajar basis gampang drop-out. Basis koalisi bukan berbasiskan platform idelogi, bukan tautan programatik tapi klik koalisi soal kandidasi saja. Jadi basis koalisi ini rapuh sebetulnya," terangnya.
Partai Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang terdiri atas Golkar, PAN, dan PPP mempunyai visi-misi koalisi yang terbingkai dalam Program Akselerasi Transformasi Ekonomi Nasional (PATEN).
Program tersebut menjadi perekat antara partai anggota koalisi. KIB lebih memilih pendekatan program dibanding pendekatan sosok nama capres.
Meski demikian, Pangi menilai KIB juga bertumpu pada pendekatan yang lebih transaksional dan pragmatis, serta bisa menampung semua partai.
"Lem perekat koalisinya pendekatan transaksional dan pragmatis, lebih ke match all party," tegasnya.
Sementara itu, Direktur Eksekutif IPRC Firman Manan mengatakan bahwa awalnya KIB merupakan koalisi yang maju dengan program sebelum menentukan Capres mereka.
“KIB di awal mereka bicara platform sempat mengeluarkan manifes politik, program ekonomi (PATEN), tetapi memang kelihatannya ada pergeseran terutama, pasca deklarasi Anies , kekuatan politik itu kembali fokus mencari kandidat,” tegas Firman.
Artikel Terkait
KIB Sebut Sudah Kantongi Nama Bakal Capres 2024. Siapakah Dia?
Bahas Capres Rambut Putih, Tokoh Ini jadi Prioritas KIB untuk Melangkah di Pilpres 2024
Keinginan KIB Jadikan Demokrasi Pemilu Mendatang sebagai Pesta Rakyat, Pengamat: Jangan Sekadar Ucapan
Dinamika Pencapresan KIB Hal Wajar, Masih Ada Cukup Waktu untuk Memastikan Nama Capres
Dinamika di KIB Akan Berpengaruh pada Peta Politik Nasional, karena belum Punya Sosok Internal Kuat