Mikro Hidro Gerakkan Roda Kemandirian Energi Warga di Lereng Slamet (1)

- Sabtu, 3 Desember 2022 | 19:47 WIB
Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) di Dusun Pesawahan Desa Gununglurah Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas. (suaramerdeka.com/Hartatik)
Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) di Dusun Pesawahan Desa Gununglurah Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas. (suaramerdeka.com/Hartatik)

Di Dusun Rinjing, tiang listrik PLN sudah berdiri di depan rumah warga. Tapi 16 kepala keluarga memilih tetap bertahan dengan listrik dari PLTMH,” ungkapnya.

Begitu pun dengan warga Dusun Pesawahan, dari 115 KK, hanya sekitar 15 KK yang berminat. Itu pun mereka menggunakan dua aliran listrik yakni dari PLTMH dan PLN.

“Kami bangga dengan semangat dan komitmen warga Pesawahan maupun Rinjing. Mereka masih aktif memeliharan PLTMH dan gotong-royong membersihkan aliran sungai,” kata Warsito.

Mesin generator PLTMH di Dusun Rinjing Desa Gununglurah Kecamatan Cilongok masih beroperasi sampai sekarang. (suaramerdeka.com/Hartatik)
Mesin generator PLTMH di Dusun Rinjing Desa Gununglurah Kecamatan Cilongok masih beroperasi sampai sekarang. (suaramerdeka.com/Hartatik)

Di Dusun Pesawahan, warga membentuk Kelompok Tirta Mengaji untuk mengelola manajemen operasi PLTMH, mulai dari instalasi, perawatan mesin hingga penarikan iuran. Ketua Kelompok PLTMH Tirta Mengaji, Ali Maksur mengatakan, warga kini tidak lagi repot ke sungai untuk membenahi instalasi atau kabel yang putus. Sebab ada pengurus yang bertugas melakukan pemeliharaan rutin.

“Pemeliharaan dilakukan agar instalasi mampu bertahan lama, serta memastikan jaringan listrik ke rumah warga aman,” kata Ali.

Ia juga mengatakan, selain pemeliharaan yang rutin dilakukan oleh kelompok PLTMH Tirta Mengaji, syarat utama energi berkelanjutan adalah menjaga lingkungan khususnya hutan. Aliran Sungai Mengaji yang berhulu di lereng selatan Gunung Slamet harus terus dijaga terutama keberadaan hutannya. Tanpa hutan, mustahil aliran Sungai Mengaji masih tetap lancar sepanjang zaman.

Iuran Swadaya

Adapun iuran swadaya warga selama ini digunakan untuk pemelihraan rutin mesin. Menurutnya, PLTMH pernah mengalami kerusakan hingga menghabiskan dana sekitar Rp 60 juta. Tapi kerusakan itu bisa teratasi berkat iuran warga tiap bulan. Dalam sebulan, menurutnya, iuran yang terkumpul hanya mencapai Rp 1,5 juta. Dana tersebut juga digunakan untuk membayar honor pengurus sebesar Rp 100 ribu/bulan.

Darsim (43), warga Dusun Pesawahan mengaku semasa menggunakan turbin kayu harus rutin mengontrol, guna memastikan kondisi turbin aman.

Apalagi alirah Sungai Mengaji mengalir deras sepanjang tahun. Hulu sungai yang masih bagus membuat air tidak pernah mengering, bahkan pada musim kemarau panjang sekalipun.

“Dulu listrik dari turbin kayu ke dinamo hanya mampu menghidupkan bola lampu. Nyala lampu tidak stabil, kadang kuat, kadang redup,” ungkapnya.

Namun sejak ada PLTMH, ia tidak lagi menggunakan turbin kayu. Tidak ada masalah dengan PLTMH sampai sekarang. Pasalnya, Kelompok PLTMH Tirta Mengaji sebagai pengelola secara rutin melakukan pemeliharaan.

Sementara itu, Camat Cilongok, Roni Hidayat menjelaskan, ada empat desa di wilayahnya yang memanfaatkan sumber air untuk menggerakkan pembangkit listrik tenaga mikrohidro yakni Karangtengah, Gununglurah, Sokawera dan Sambirata. Keempat desa itu berada di lereng Gunung Slamet, di mana potensi airnya masih bagus.

“Ke depan, potensi PLTMH masih bisa dikembangkan mengingat debit air di empat desa ini masih besar karena berada di hulu sungai, dan sekelilingnya hutan negara masih lebat,” ungkap Roni.

Halaman:

Editor: Edyna Ratna Nurmaya

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X