Ketika Lagu Indonesia Raya Menjadi Pelengkap Kongres Pemuda II: Simbol Imaji Impian Pemuda

JAKARTA, suaramerdeka.com - Setelah W.R. Soepratman menghadiri Kongres Pemuda I pada 30 April - 2 Mei 1926 sebagai jurnalis Sin Po, dirinya merasa tertantang ketika melihat sebuah sayembara di Majalah Timboel.

Sayembara tersebut berisikan penciptaan lagu kebangsaan untuk Indonesia.

Kelak lagu kebangsaan yang terpilih akan dimainkan di Kongres Pemuda II, 27-28 Oktober 1928.

Sebuah kongres kepemudaan yang diadakan oleh Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI).

Baca Juga: Amerika Serikat Menarik 19 Shampoo Produk Unilever Berpotensi Sebabkan Kanker

Dalam buku 45 Tahun Sumpah Pemuda yang dicetak ulang oleh Museum Sumpah Pemuda tahun 2014, Pada Kongres Pemuda II, W.R. Soepratman tergerak ingin berpartisipasi lebih dari hanya sebagai jurnalis.

Tapi ingin ikut menghadirkan imaji kebangsaan kepada pemuda-pemuda yang berkumpul lewat gesekan biolanya.

W.R. Soepratman kemudian mencoba merangkai nada-nada, menyusun notasi yang nantinya kelak menjadi sebuah lagu berjudul Indonesia Raya.

Karya mantan personel band jazz Black and White ini akhirnya mampu membuat Ketua Kongres Pemuda II Soegondo Djojopoespito tertarik.

Baca Juga: Link Pendaftaran PPPK Guru 2022, Jadwal, Syarat dan Dokumen yang Harus Disiapkan, Klik Saja sscasn.bkn.go.id

Karyanya layak dan dianggap memenuhi sebuah lagu kebangsaan yang diidam-idamkan para pemuda.

Mengutip dari buku karya John Ingleson, “Jalan ke Pengasingan: Pergerakan Nasionalis Indonesia Tahun 1927-1934”, Polisi Hindia Belanda sudah mengetahui bahwa lagu tersebut akan diperdengarkan dan sempat mencegah Indonesia Raya dimainkan.

Namun gagal dan Indonesia Raya tetap berkumandang.

Hari terakhir konges, 28 Oktober 1928, Indonesia Raya berkumandang untuk pertama kalinya di Gedung Indonesische Clubgebouw, tempat Kongres Pemuda II diselenggarakan.

Baca Juga: Gestang Bikin Risih? Ini Cara Ampuh Mengatasi Burung Lovebird Gestang, Simpel dan Mudah