Toleransi Dibutuhkan dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara, Gus Yusuf: Cukup Menghargai

- Rabu, 19 Oktober 2022 | 13:56 WIB
Ilustrasi mural bertema keberagaman agama dan suku di Salatiga, Jawa Tengah.(foto: ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho)
Ilustrasi mural bertema keberagaman agama dan suku di Salatiga, Jawa Tengah.(foto: ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho)

MAGELANG, suaramerdeka.com - Pagi itu para pemuda lintas agama, suku dan budaya beramai-ramai mengunjungi Taman Baca Kebun Makna di Dusun Karang Sanggrahan,
Magelang, Jawa Tengah.

Riuh jaran kepang, lincah barongsai dan gelegar lantunan hadrah mengawal hari itu.

Suasana guyub tergambar saat mereka bertepuk tangan dalam acara Festival Toleransi dalam memperingati Hari Perdamaian Internasional, baru-baru ini.

KH Muhammad Yusuf Cudlori, pengasuh pondok pesantren API Tegalrejo Magelang yang hadir pada saat itu mengatakan bahwa dalam Islam toleransi bisa disebut tasammuh (saling menghormati).

Tasammuh-lah yang dibutuhkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia.

Baca Juga: Rizky Billar Sampaikan Permintaan Maaf ke Keluarga Lesti: Saya Ingin Berbenah

“Kita itu itu cukup menghargai, tidak harus meyakini.” ungkap Gus Yusuf.

Tokoh agama Buddha Banthe Ditthisampanno PhD mengamini hal tersebut.

Ia memberikan pesan penting bahwa kita harus hidup dalam satu kedamaian.

Menurutnya kita hidup di Indonesia yang Bhineka Tunggal Ika.

Jadi walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu.

Tidak jauh dari Dusun Karang Sanggrahan, Kabupaten Magelang ada pula sebelas desa yang memiliki visi yang sama yakni menggalakkan toleransi dan menjaga kerukunan.

Baca Juga: Aglonema Membusuk? Ternyata Ini Penyebabnya, Waktu Penyiraman

Desa-desa ini masih berada di provinsi yang sama, Jawa Tengah yaitu Kota Magelang.

Sebelas desa ini menjadi melting pot keberagaman dengan menerapkan sikap saling menghargai dalam
kehidupan sehari-hari dalam aktivitas warga desanya yang disebut Kampung Religi.

Halaman:

Editor: Nugroho Wahyu Utomo

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X