SEMARANG, suaramerdeka.com – Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Tranmigrasi (PPDT) Abdul Halim Iskandar meminta mahasiswa baru UIN Walisongo tidak sekedar menjadi mahasiswa kupu-kupu.
Mahasiswa kupu-kupu yang dimaksud adalah mahasiswa yang kuliah-pulang, makan-tidur.
Mahasiswa harus mampu menjadi penanda sejarah, harus mempunyai sense of crisis, mendidik kemapuan skil dan knowledge nya karena itu sangat dibutuhkan umat dan masyarakat.
Hal itu disampaikan dalam orasi ilmiah Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) UIN Walisongo Semarang tahun 2021, Senin 2 Agustus 2021.
Baca Juga: Greysia Polii Torehkan Sejarah, Atlet Tertua Peraih Medali Emas Olimpiade Tokyo 2020
Menteri hadir secara daring dan menyampaikan secara langsung di hadapan 5 ribu mahasiswa baru.
“Kepada mahasiswa baru, bangunlan konstruksi berfikir anda bahwa kampus itu bukan hanya tempat belajar teori dan ilmu pengetahuan," kata Gus Menteri, sapaan Mendes.
"Kampus adalah arena pengembangan diri, mengasah kepribadian, dan mengoptimalkan diri. Ciptakan ruang epistemik yang produktif agar budaya akademik semakin produktif,” imbuhnya.
Menurut Gus Menteri, universitas tidak dilihat dari bangunan megah, kelasnya yang mewah. Makna universitas harus dilihat dari ruang waktu dan dinamis.
Baca Juga: Saturasi di Bawah 94 Persen Segera ke IGD, Menkes Budi: Jangan Tunggu Virus Menyebar ke Paru
Kampus adalah bertemunya wadah pertemuan berbagai karekter, dialektika, debat, polemik sebagai aktualisasi dari kampus.
Tidak semua kampus menjalankan khittahnya, tidak sedikit kampus yg bersusah payah sebagai kawah candradrimuka.
Dijelaskan Gus Menteri, menjadi bagian dari Universitas di tengah disrupsi ini tidak mudah. Tanggung jawab dosen tidak saja internal, tapi eksternal.
Demikian halnya tentang riset, dosen maupun mahasiswa, hasilnya sudah ditunggu masyarakat.
Baca Juga: Begini Perjalanan Greysia Polii/Apriyani Rahayu Rebut Emas Olimpiade Tokyo 2020