“Peluang koalisi KIB ini ditengah perkembangan kandidasi capres sangat dinamis, masih sangat longgar, pasti ada dinamika dalam masing-masing partai apakah akan bertahan, di KIB atau mulai memikirkan koalisi yang sudah ada,“ tandas Nyarwi.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (Indostrategic) A.
Khoirul Umam menyatakan sikap PPP yang mulai tidak solid sejak terjungkalnya Suharso dari kursi Ketua Umum.
"Itu mengindikasikan kegalauan akut di internal PPP. Kegalauan itu tidak lepas dari dinamika politik internal partainya, yang melibatkan tarik ulur kepentingan, baik kepentingan yang berasal dari internal maupun eksternal partai," terangnya.
Baca Juga: Dengar Untaian Kata Dewa Langit, 6 Zodiak Ketumpahan Rezeki dan Uang, Siap siap Jadi Sultan
Umam menyarankan agar PPP segera merapatkan barisan untuk memitigasi kegalauan tersebut.
Seluruh elemen PPP seharusnya duduk bersama guna mengonsolidasikan kekuatan dan menyatukan cara pandang, agar tidak salah melangkah dalam menentukan koalisi ke depan.
Pasalnya, ketika dibiarkan berlarut, maka PPP berpotensi semakin terbelah dan kehilangan suara di basis elektoral.
"PPP harus ingat, kesalahan menentukan pilihan koalisi membuatnya mengalami split ticket voting yang berdampak signifikan terhadap terdegradasinya suara PPP di sejumlah basis wilayah utamanya, di Jawa Tengah dan Jawa Timur," tegasnya.
Artikel Terkait
Polemik Internal PPP Jadi Peringatan Serius bagi Rapuhnya Soliditas KIB
Meski Ada Konflik Internal PPP, Hubungan Ketiga Partai KIB Tetap Baik
Dua Alternatif KIB dalam Proses Kadidasi Pilpres 2024, Bisa Internal atau Eksternal
Airlangga Sebut KIB Masih Terbuka untuk Partai Lain, Pengamat: Penjajakan Semacam Itu Lumrah
Nasdem Bacapreskan Anies Baswedan, KIB Tak Ingin Buru-buru