JAKARTA, suaramerdeka.com - Negara-negara asia masih diteror tinggi prevalensi perokok.
Hal itu disampaikan Peneliti Senior Yayasan Pemerhati Kesehatan Publik (YPKP) Profesor Achmad Syawqie dalam acara Asia Harm Reduction Forum 2021 yang dilakukan secara virtual, Senin, 28 Juni 2021.
Ditambahkannya, perokok akan terus merokok, kecuali ada cara lain bagi mereka untuk memenuhi kebutuhan nikotinnya.
Baca Juga: Masa PPnBM, Pasar Otomotif Mulai Bergerak Menuju Tren Positif
Menurut Syawqie, produk tembakau alternatif merupakan salah satu cara yang lebih rendah risiko bagi perokok dewasa dalam memenuhi kebutuhan nikotin.
Produk ini menerapkan konsep pengurangan bahaya sehingga mampu mengurangi risiko 90 persen -95 persen dibandingkan rokok.
Tingkat risiko pada produk ini berkurang karena tidak adanya proses pembakaran seperti pada rokok, sehingga tidak menghasilkan TAR.
Baca Juga: Covid-19 Melonjak, Target Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II Sulit Tercapai
Di mana TAR adalah zat yang mengandung berbagai senyawa karsinogenik yang dapat memicu kanker.
“Dengan inovasi dan perkembangan teknologi, perokok dewasa tetap dapat memenuhi kebutuhan nikotinnya tanpa adanya TAR yang berbahaya melalui rokok elektrik, produk tembakau yang dipanaskan, snus, dan produk tanpa asap lainnya. Meskipun tidak sepenuhnya bebas risiko, bukti-bukti ilmiah terus menunjukkan bahwa produk ini memiliki kadar bahaya yang lebih rendah daripada rokok,” kata Achmad Syawqie seperti yang dikutip dari pikiran-rakyat.com, selasa, 29 Juni 2021.
Diungkapkannya, YPKP sudah melakukan kajian ilmiah terhadap produk tembakau alternatif.
Dalam riset berjudul “Pengurangan Bahaya Tembakau dan Studi Potensi Genotosik melalui Perhitungan Frekuensi Mikronukleus pada Apusan Sel Mukosa Bukal”, hasil penelitian menunjukkan bahwa perokok aktif memiliki jumlah inti sel kecil dalam kategori tinggi sebanyak 145,1.
Adapun pengguna produk tembakau alternatifdan non-perokok masuk dalam kategori normal yang berkisar pada angka 76-85.
Jumlah inti sel kecil yang semakin banyak menunjukkan ketidakstabilan sel yang merupakan indikator terjadinya kanker di rongga mulut.
Hasil memperlihatkan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan antara jumlah inti sel kecil pada pengguna produk tembakau alternatif dengan non-perokok dan dua kali lebih rendah daripada perokok aktif.