5 Fakta Menarik H Mutahar, Pencipta Lagu 'Hari Merdeka', No 3 Tokoh di Balik Paskibraka

- Senin, 15 Agustus 2022 | 16:05 WIB
H Mutahar pencipta lagu Hari Merdeka/Foto Istimewa
H Mutahar pencipta lagu Hari Merdeka/Foto Istimewa

Awalnya, sebagai salah seorang ajudan Presiden, Mutahar diberi tugas menyusun upacara pengibaran bendera ketika Republik Indonesia merayakan hari ulang tahun pertama kemerdekaan, 17 Agustus 1946.

Baca Juga: Cerita Paskibraka 2021: Ridho Hadfizar Armadhani Terinspirasi Jejak Sang Kakak

Pemikirannya saat itu, pengibaran bendera sebaiknya dilakukan para pemuda yang mewakili daerah-daerah Indonesia.

Ia lalu memilih lima pemuda yang berdomisili di Yogyakarta (tiga laki-laki dan dua perempuan) sebagai wakil daerah mereka.

Mutahar dikenal aktif dalam kegiatan kepanduan. Ia adalah salah seorang tokoh utama Pandu Rakyat Indonesia, gerakan kepanduan independen yang berhaluan nasionalis.

Pada tahun 1967, menjabat sebagai Direktur jenderal urusan pemuda dan Pramuka, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Mutahar diminta Presiden Soeharto untuk menyusun tata cara pengibaran Bendera Pusaka.

Baca Juga: Eksotiknya Wanita Berkebaya, Tertawan Hati Mantan Presiden Soekarno Memendam Hasrat

4. Pernah mengenyam pendidikan di UGM

Mutahar pernah menjalani pendidikan selama setahun di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada (UGM) periode 1946-1947.

Setelah tamat dari MULO B (1934) dan AMS A-I (1938).[4] Pada tahun 1945, Mutahar bekerja sebagai Sekretaris Panglima Angkatan Laut RI di Yogyakarta, kemudian menjadi pegawai tinggi Sekretariat Negara di Yogyakarta (1947).

5. Menguasai 6 bahasa

Selanjutnya, ia mendapat jabatan-jabatan yang meloncat-loncat antardepartemen.

Baca Juga: Tak Hanya Kisah Mei 98, Ini 3 Sejarah Terkelam Indonesia yang Tak Banyak Diketahui, No.3 Ngeri Banget

Puncak kariernya sebagai pejabat negara barangkali adalah sebagai Duta Besar RI di Tahta Suci (Vatikan) (1969-1973).

Ia diketahui menguasai paling tidak enam bahasa secara aktif. Jabatan terakhirnya adalah sebagai Pejabat Sekretaris Jenderal Departemen Luar Negeri (1974).

Halaman:

Editor: Edyna Ratna Nurmaya

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X