Gunung Anak Krakatau Bergejolak, Keluarkan 9 Kali Letusan

- Sabtu, 5 Februari 2022 | 04:45 WIB
Erupsi gunungapi Anak Krakatau terpantau dari CCTV Pulau Sertung, Jumat 4 Februari 2022. (Dok. BNPB)
Erupsi gunungapi Anak Krakatau terpantau dari CCTV Pulau Sertung, Jumat 4 Februari 2022. (Dok. BNPB)

BANDUNG, suaramerdeka.com - Gunung Anak Krakatau kembali bergejolak, di mana sembilan kali letusan tercatat terjadi di hampir sepanjang Jumat 4 Februari 2022.

PVMBG menyebut tren kenaikan Gunung Anak Krakatau di perairan Selat Sunda itu mulai berlangsung sejak akhir tahun lalu, dengan status waspada.

Menurut Kepala Badan Geologi, Eko Budi Lelono, peningkatan intrusi magmatik Gunung Anak Krakatau kemungkinan mulai terjadi sejak 20 Desember 2021.

Indikasinya adalah frekuensi rekaman gempa vulkanik dalam dan vulkanik dangkal dalam jumlah yang cukup signifikan.

Baca Juga: Pamer Foto Kemesraan, Bintang Emon Ungkap Telah Lamar Kekasih

Pada Januari lalu, situasinya tak berubah, dengan jegempaan vulkanik masih cukup tinggi dan gempa-gempa dangkal semakin banyak terekam hingga terindikasi laju magma sudah berada pada kedalaman sangat dangkal.

Tak berselang lama, terekam 9 kali gempa Letusan yaitu pada pukul 09:43, 10:25, 10:28, 12:46, 13:00, 13:31, 13:41, 14:46 dan 17:07 WIB pada Jumat.

Tinggi kolom abu letusan berkisar antara 800-1.000 meter di atas puncak dan warna kolom kelabu-hitam tebal.

PVMBG menyebut rangkaian aktivitas magmatik GAK tersebut kemungkinan bakal terus berlangsung.

Baca Juga: Kisah Muslimah di India, Berjuang Tetap Kenakan Hijab di Sekolah

"Data pemantauan secara visual dan instrumental mengindikasikan bahwa Gunung Anak Krakatau masih berpotensi erupsi," kata Eko Budi Lelono mengutip laporan otoritas kegunungapian yang berada di bawah pengawasannya dalam keterangan yang diterima.

Diingatkan pula, potensi bahaya longsoran tubuh Gunung Anak Krakatau secara historis merupakan ancaman bahaya permanen yang perlu selalu diwaspadai dan diantisipasi.

Dalam hal ini terutama oleh instansi yang berwenang dalam peringatan dini bahaya ikutan gunungapi seperti tsunami.

"Longsoran tubuh gunungapi sendiri tidak dapat diprediksi waktu kejadian dan volumenya dan tidak bergantung pada kondisi gunungapi ini sedang mengalami erupsi maupun tidak. Longsoran tubuh gunungapi dapat terjadi dengan atau tanpa diawali peningkatan aktivitas gunungapi," katanya.

Baca Juga: Berkat Penerapan ETLE, Pendapatan Daerah Jateng Turut Terdongkrak Hingga Capai 115 Persen

Halaman:

Editor: Andika Primasiwi

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X