JAKARTA, suaramerdeka.com - PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero) / PT PII melaksanakan pembukaan seremonial program CSR pengelolaan hutan mangrove berbasis masyarakat melalui budi daya udang berkelanjutan di Kampung Pegat Batumbuk, Kecamatan Pulau Derawan, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur yang dilaksanakan secara daring.
Perlu diketahui, budi daya udang menjadi komoditas perikanan yang meliputi 15 persen dari total nilai perdagangan perikanan global.
Hal ini menjadikan budi daya udang memberikan kontribusi signifikan terhadap ekonomi lokal.
Selain itu,Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) mengungkapkan teknologi budi daya tambak udang yang maju dapat meningkatkan produksi sekaligus menyelamatkan 600,000 hektare mangrove dengan potensi mitigasi dan pengurangan CO2 sebesar 1 miliar ton dalam 10 tahun.
Baca Juga: Pemkab Demak Pacu Budi Daya Ternak, Berikan Bantuan 8 Ekor Sapi
Jadi, dengan menerapkan praktik akuakultur yang berkelanjutan, pertumbuhan ekonomi ini dapat berjalan selaras dengan upaya global dalam menurunkan emisi gas rumah kaca. Hal inilah yang menjadi fokus PT PII yang mulai dilaksanakan pada November 2021, di wilayah Berau, Kalimantan Timur.
Kabupaten Berau tercatat sebagai wilayah yang memiliki ekosistem mangrove terluas di Provinsi Kalimantan Timur.
Namun demikian, perubahan alih fungsi lahan mangrove yang terjadi menimbulkan dampak negatif bagi ekosistem yang sekaligus merupakan sumber penghidupan masyarakat sekitarnya.
“Kami menyadari bahwa pembangunan infrastruktur harus sejalan dengan prinsip praktik yang berkelanjutan, demi kelestarian alam dan kesejahteraan masyarakat Indonesia."
"Skema carbon offset ini pun menjadi salah satu strategi utama dalam mempercepat pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan dan juga dalam rangka meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia,” Jelas EVP Corporate Secretary & Communications PT PII, Yunan Novaris.
PT PII memberikan komitmen dukungan dalam Program Secure yang menggunakan pendekatan mata pencaharian (ekonomi) dalam upaya konservasi mangrove.
Program di Pegat Batumbuk ini akan berlangsung dalam kurun 3 (tiga) tahun.
Pada tahun pertama, fokus dalam proses pengembangan tambak Secure dengan melakukan survei lokasi dan kajian biofisik, sosial, dan ekonomi terhadap kawasan yang akan ditentukan untuk aplikasi program.
Proses ini dilanjutkan di tahun kedua dan ketiga dengan fokus pengelolaan tambak Secure dan pemantauan, evaluasi, dan pembelajaran (Monitoring, Evaluation, and Learning – MEL) restorasi ekosistem mangrove.
Artikel Terkait
Mageri Segoro, Polres Tegal Kota Tanam 10.000 Mangrove
Ini Wisata Hutan Mangrove di Papua, nggak Kalah Apik dengan Raja Ampat
Wakil Ketua MPR: Tanam Pohon di Lahan Kritis dan Mangrove, Bagian Upaya Adaptasi Perubahan
Teleperformance Indonesia Memanfaatkan World Tree Day 2021 dengan Penanaman 2.000 Bibit Mangrove
Jaga Ekosistem Perairan, Mahasiswa KKN Mandiri Misi Khusus BPI UIN Walisongo Tanam Mangrove