MIRIS memang. Dikenal sebagai supermarket bencana tapi pendekatan yang dilakukan dalam rangkaian penanganannya cenderung belum banyak berubah.
Masih terkesan reaktif ketika bencana terjadi, apalagi kejadiannya berskala besar, sehingga berupaya menunjukan keseriusan dalam bertindak pada saat itu (saja).
Karena selebihnya, kembali menjalankan rutinitas seperti sebelum-sebelumnya.
Setidaknya, itu merujuk kepada penjelasan Peneliti Gerakan Tanah Pusat Riset Geoteknologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Dr Adrin Tohari, pekan ini tentang inovasi teknologi sistem deteksi dini longsor.
Baca Juga: Ormas-NGO Expo 2021 Sukses Digelar, Bukti Toleransi di Kota Semarang Berjalan Baik
Ketika bencana terjadi, instruksi untuk menggunakan bagian dari EWS (early warning system) langsung muncul.
Daerah pun menyambut, dan ternyata dalam perkembangannya, ada kecenderungan hanya menggunakan segelintir produk saja.
"Jadi penggunaan EWS longsor ini masih sangat terbatas, dan dilakukan ketika ada kejadian bencana hebat, ini pun setelah ada instruksi Presiden keluar atas bencana tersebut," katanya.
Mestinya, kesempatan itu memberikan ruang-ruang leluasa untuk banyak produk guna berkembang.
Baca Juga: Yudha Dawami Abdas Sampaikan Hak Jawab soal Permintaan Maaf ke Dedi Mulyadi via Facebook
Artikel Terkait
BPBD Jateng Siaga Musim Hujan, Optimalkan Program Desa Tangguh Bencana
Antisipasi Bencana Hidrometeorologi, KAI Amankan Jalur Kereta Api
Jabar Siaga Darurat Bencana, KAI Tingkatkan Kewaspadaan
Anugerah Tangguh Adhiwirasa, Wujud Apresiasi BNPB terhadap Kolaborasi Ringankan Beban Dampak Bencana
Hendi Ingin Lewati Musim Hujan Tanpa Bencana, Satgas Bencana Diminta Siaga