JAKARTA, suaramerdeka.com – Guna bisa memproduksi vaksin Covid-19 di dalam negeri, sejumlah terobosan terus dilakukan pemerintah.
Kandidat Vaksin BUMN yang dikembangkan holding BUMN farmasi, PT Biofarma (Persero) dengan Baylor College of Medicine, Amerika Serikat, bahkan sudah masuk di daftar kandidat vaksin yang dirilis World Health Organization (WHO).
“Selain pengembangan Vaksin Merah Putih, Alhamdulillah, kita juga melakukan terobosan baru. Bio Farma juga melakukan kerjasama pengembangan vaksin dengan Baylor College of Medicine, Amerika Serikat. Kandidat vaksin yang disebut Vaksin BUMN ini Alhamdulillah sudah masuk dalam daftar kandidat vaksin yang dirilis WHO,” ujar Menteri BUMN Erick Thohir, dilansir dari laman resmi BUMN.
Baca Juga: Sukabumi Dilanda Gempa Bumi 4,8 SR, 8 Wilayah Rasakan Guncangan
Vaksin BUMN ada di nomor urut 121 vaksin yang tengah menjalani uji pre-klinik di database yang yang dirilis WHO belum lama ini.
Erick berharap upaya pengembangan ini akan membuahkan hasil.
“Konteksnya, kita harus bisa memproduksi vaksin sendiri, tidak mungkin kita terus impor seperti yang sekarang. Kita berharap pengembangannya berhasil, baik Vaksin Merah Putih, maupun Vaksin BUMN.”
Dia mengatakan, Vaksin BUMN tersebut masih membutuhkan waktu untuk dapat digunakan seperti halnya Vaksin Merah Putih yang saat ini masih dalam proses.
Baca Juga: Jepara, Babel dan Kalbar Cocok untuk PLTN
“Vaksin ini perlu melalui proses pre klinik, uji klinik pertama, kedua dan ketiga. Jadi, memerlukan waktu mungkin satu tahun seperti halnya vaksin merah putih.”
Erick menambahkan, pihaknya tidak bekerja sendiri, karena sudah ketemu BRIN juga Kementerian Kesehatan, dan Kemenlu, untuk mendorong vaksin produksi dalam negeri.”
Ketua Pelaksana Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) ini, menyambut baik diterbitkannya Izin Penggunaan Darurat (Emergency Use Listing/EUL) oleh WHO untuk vaksin Sinovac, menyusul diterbitkannya EUL WHO untuk vaksin Sinopharm.
Menurutnya, ini adalah bukti kolaborasi lintas kementerian dan lembaga untuk mendorong agar vaksin Sinovac dan Sinopharm mendapat EUL dari WHO, terutama dengan Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Kesehatan.
“Ini juga bukti nyata, pemerintah hanya menghadirkan vaksin yang aman, bermutu dan efektif. Tidak perlu ada keraguan bagi masyarakat dalam menerima vaksin Covid-19 Sinovac dan vaksin lainnya yang dihadirkan pemerintah."
"Dan saya harap tidak ada keraguan untuk menerima warga Indonesia (yang divaksinasi Sinovac) ke negaranya. Apakah kesempatannya untuk bisnis maupun menunaikan ibadah umroh dan haji,” tandas Menteri Erick.
Artikel Terkait
Vaksinasi Dipercepat, Malaysia Setujui Vaksin AstraZeneca Produksi Thailand
IDI Bantu 38 Dokter ke Kudus, Menkes: 50 Ribu Vaksin Siap Dikirim