JAKARTA, suaramerdeka.com - Penularan Covid-19 di pusat perbelanjaan seperti pasar sangat sulit untuk dilakukan pelacakan lantaran orang yang di area jual beli tradisional itu bergerak dari daerah yang berbeda-beda dalam cukupan luas, sehingga upaya pelacakan akan sulit dilakukan.
Ketua Satuan Tugas Covid-19 PBNU dokter Makky Zamzami mengatakan kondisi ini sangat mengkhawatirkan terjadinya penularan kasus Covid-19 yang berujung pada lonjakan setelah libur mudik Lebaran tahun ini. Dia menyebut kasus Pasar Tanah Abang diprediksi dapat membuat lonjakan kasus aktif Covid-19 di Indonesia.
Menurutnya, jika terjadi penularan Covid-19 di pusat perbelanjaan seperti pasar akan sangat sulit untuk dilakukan tracing atau pelacakan. "Penularan di pasar itu sama sekali sangat susah untuk di-tracing, karena bergerak dari daerah mana saja. Apalagi Pasar Tanah Abang menjadi reseller dari beberapa tempat lainnya,’’ kata Makky di Jakarta, Kamis (6/5).
Baca juga: Pasien Sembuh dari Covid-19 Tambah 5.891 Orang, Total Capai 1.558.423
Dia mengingatkan kita harus selalu berikhtiar untuk menjaga agar tidak terjadi penularan mengingat Indonesia saat ini sedang dikepung oleh mutasi Covid-19 dari beberapa negara seperti India, Inggris, dan Afrika Selatan. Mutasi virus tersebut dikabarkan sudah masuk atau tersebar ke dalam negeri.
"Indonesia saat ini dikepung dengan mutasi dari beberapa negara dan sudah masuk. Ada dari India B1617, dari Inggris 117, dan juga dari Afrika Selatan. Penyebaran mutasi ini belum terlacak secara intens. Dengan adanya kerumunan seperti di pasar akan memungkinkan penyebaran yang lebih masif," jelas Makky.
Pola masyarakat, lanjutnya, pada setiap tahun menjelang lebaran Hari Raya Idul Fitri pasti akan memenuhi pusat-pusat perbelanjaan seperti di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat. Kejadian seperti ini seharusnya bisa diantisipasi atau dicegah sebelumnya oleh pihak pengelola pasar. "Pengelola pasar ini bisa lebih bijak untuk bisa memperketat dan dengan membatasi jumlah keluar-masuk dari masyarakat yang akan melakukan transaksi di pasar," katanya.
Baca juga: Jumlah Covid-19 Tembus 1,7 Juta, Gus AMI Minta Pemerintah Percepat Vaksinasi
Makky menegaskan, sekalipun sebagian besar pedagang di Pasar Tanah Abang sudah menjalani vaksinasi, tetapi proses penyebaran Covid-19 yang dikhawatirkan justru akan terjadi pada pembeli yang membeludak. "Bisa jadi yang menularkan bukan pedagang tapi antarpembeli. Kita juga tidak bisa menjamin para pembeli menjalani protokol kesehatan dengan ketat.’’
Diingatkan vaksinasi bukan berarti terbebas dari Covid-19. Artinya, tetap saja akan ada potensi penularan jika terjadi kerumunan di pasar. "Jadi tetap ada beberapa persen potensi penularan, tergantung dia vaksinasinya sudah berapa lama, sudah muncul antibodi atau belum? Jadi definisi vaksin ini perlu dipahami, bukan berarti jika sudah divaksinasi lalu menyelesaikan segalanya," terang Makky.
Klaster Penularan
Sementara itu Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito mengatakan mendatangi pusat-pusat perbelanjaan menjelang perayaan Idul Fitri menjadi tradisi tahun umat muslim Indonesia. Tetapi, Satgas Penanganan Covid-19 mengingatkan Pemerintah Daerah dan masyarakat, saat ini masih dalam masa pandemi Covid-19, sehingga kerumuman berpotensi menjadi titik awal munculnya klaster penularan.
Satgas menyoroti kasus itu lantaran beberapa hari belakangan ramai pemberitaan, termasuk unggahan di media sosial yang mengonfirmasikan tingginya mobilitas masyarakat di pusat-pusat perbelanjaan baik di ibu kota, maupun di berbagai daerah.
"Apabila kita melihat ke belakang, kegiatan berbelanja menjelang Hari Raya Idul Fitri bukanlah hal yang unik terjadi. Akan tetapi, kita harus tetap mengingat di tengah situasi pandemi ini, kita harus melakukan banyak penyesuaian. Mobilitas tidak dilarang, tapi hendaknya dilakukan dengan disiplin protokol kesehatan," kata Wiku.