BANDUNG, suaramerdeka.com - Gerakan pembuatan sumur resapan plus penanaman pohon secara massif menjadi prioritas untuk dilakukan guna menekan kejadian banjir di saat musim penghujan.
Menurut Kepala Dinas Sumber Daya Air Jabar, Dikky Achmad Siddik, pihaknya menargetkan bisa membuat 20 sumur resapan hingga akhir tahun ini.
"Kita gunakan model baru dengan tingkat resapan yang lebih besar," katanya pada kegiatan Jabar Punya Informasi (Japri) di Gedung Sate Bandung, Jumat 12 November 2021.
Baca Juga: Girlgroup T-Ara Generasi Kedua Comeback, Setelah Hiatus 4 Tahun
Dijelaskan, kapasitas resapannya mencapai dua kali lipat dibanding perangkat sejenis yakni hingga 18 kubik. Untuk tahap pertama, mereka sudah menginstal sebanyak 5 sumur resapan di Kota Bandung.
Dia tak menampik bahwa gerakan sumur resapan memang bukan baru. Meski demikian, dia ingin ikhtiar bisa disambut masyarakat dengan kesadaran sama-sama mereduksi potensi banjir di wilayahnya.
"Karenanya, kita akan akan beri contoh dengan memasang sumur resapan itu di gedung-gedung pemerintah dulu, karena jangan sampai kita dorong masyarakat untuk melakukan konservasi air tapi kita ternyata tak berbuat," jelasnya.
Baca Juga: Presiden Joko Widodo Keliling Sirkuit Mandalika dengan Memacu Motor Customnya
Diharapkan dengan langkah tersebut, masyarakat pun tergerak. Terlebih, pembangunan sumur resapan itu pun tak terlepas dari kolaborasi dengan pihak lainnya.
Di forum yang sama, Kepala Dinas Kehutanan Jabar, Epi Kustiawan menyatakan bahwa jumlah lahan kritis di wilayahnya mencapai hampir 1 juta hektare. Pada saat banjir, hutan yang rusak kerap dituding sebagai biang keroknya.
Untuk memperbaiki kondisi tersebut, pihaknya mengaku sudah menggulirkan program tanam dan pelihara 50 juta pohon. Hingga kemarin, sebanyak 40 juta sudah dilaporkan tertanam. Sisanya dikejar realisasinya hingga akhir tahun ini.
Baca Juga: Jalani Start Kurang Mulus, Tim Siwo Jateng Kalah dari Tim DIY 2-3
Hal tersebut diketahui mengingat penanamannya melibatkan penggunaan teknologi sehingga melalui aplikasi, data terbaru bisa diketahui. Tak hanya itu, mereka juga melibatkan masyarakat dalam menyukseskan program tersebut.
"Karena dari jumlah lahan kritis yang mencapai 911 ribu hektare, sebagian besar berada di kawasan luar hutan sehingga banyak dikelola masyarakat dijadikan pertanian, perkebunan," katanya.
Artikel Terkait
Banjir Bandang Malang Akibat Gangguan Ekosistem, Pakar Kebencanaan UGM: Peringatan Kerusakan Lingkungan
Diapit Dua Sungai Besar, Tegal Siaga Bencana Banjir. Laporan Diminta Cepat dan Akurat
Semarang Diguyur Hujan 2 Jam, Jl. Gajah Banjir Malah Jadi Tempat Bermain Anak-Anak
Kota Semarang Diguyur Hujan Deras, Banjir Terpantau di Beberapa Wilayah Ini
Ormas Expo 2021: Lindu Aji Berawal dari Aksi Sosial saat Banjir Bandang
Mendikbudristek Banjir Kecaman, Tagar Nadiem Oleng Trending di Twitter, Ini Penyebabnya
Sejumlah Wilayah Masih Rawan Banjir, Sistem Penanganan Banjir Kali Tenggang Semarang Belum Maksimal