Banjir Bandang Malang Akibat Gangguan Ekosistem, Pakar Kebencanaan UGM: Peringatan Kerusakan Lingkungan

- Senin, 8 November 2021 | 14:23 WIB
Pemulihan jaringan listrik di Kota Batu Malang, yang terdampak banjir bandang. (suaramerdeka.com / dok)
Pemulihan jaringan listrik di Kota Batu Malang, yang terdampak banjir bandang. (suaramerdeka.com / dok)

YOGYAKARTA, suaramerdeka.com - Banjir bandang yang melanda Kota Batu, Malang, Jawa Timur menunjukkan adanya gangguan ekosistem di wilayah tersebut.

Kejadian itu merupakan peringatan adanya kerusakan lingkungan.

Pakar Kebencanaan UGM, Prof Suratman mengatakan gangguan ekosistem akibat alih fungsi lahan oleh manusia menjadi salah satu pemicu terjadinya banjir bandang di Batu.

Baca Juga: Vanessa Angel Meninggal Dunia di Hari Kamis, Ini Keistimewaan Hari Tersebut dalam Islam

Banjir terjadi karena adanya desakan penggunaan lahan untuk pertanian maupun pemukiman.

Pengaruh tekanan penduduk dalam penggunaan lahan tidak lagi sesuai dengan daya dukung lingkungan dan kemampuan lahan.

"Perlu dilihat kalau sebagai daerah resapan air, kawasan lindung semestinya banyak pohon-pohonnya. Jadi harus mengendalikan keterbukaan lahan dan ada konservasi," tandas Suratman.

Ia menjelaskan dari sisi sistem tanah, kawasan Kota Batu memiliki lansekap yang juga rentan terjadi banjir. Banyak wilayahnya berupa lereng-lereng dan perbukitan.

Baca Juga: Tulis 'Duit Lanang', Muhajir Arrosyid Soroti Perempuan Penghibur dari Perspektif Budaya

Selain itu banyak kawasan dengan kemiringan di atas 40 derajat dengan ketebalan tanah yang cukup tebal. Beberapa kondisi tersebut menjadi pemicu terjadinya banjir.

Menurut Suratman kondisi Kota Malang dingin dan lembab. Hal itu menjadikan pelapukan massa batuan tanah aktif sehingga saat hujan deras mengakibatkan banjir yang membawa material-material seperti lumpur dan sampah.

"Dari material vulkanik suburnya luar biasa. Secara ekonomi ini menggiurkan namun secara risiko bencana mengkhawatirkan," imbuhnya.

Ia menilai dengan adanya isu perubahan iklim, Indonesia patut wasapada.

Baca Juga: Rukma Setyabudi Kembali Pimpin PTMSI Jateng, Terpilih secara aklamasi

Persoalan hujan ekstrim dan pengaruh daerah pegunungan dengan elevasi tinggi serta memiliki curah hujan lebih dari 3.000 milimeter per tahun patut menjadi perhatian bersama.

Halaman:

Editor: Rosikhan Anwar

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X