Tolak Uang Demi Lestarikan Fosil Purbakala

- Senin, 22 Februari 2021 | 01:00 WIB
SM/Teguh Inpras - FOSIL PURBAKALA : Naskhin, warga Dukuh Tengah, Desa Galuhtimur, Brebes memamerkan ribuan fragmen fosil purbakala Situs Bumiayu di museum Dharma Guna yang didirikannya. (55)
SM/Teguh Inpras - FOSIL PURBAKALA : Naskhin, warga Dukuh Tengah, Desa Galuhtimur, Brebes memamerkan ribuan fragmen fosil purbakala Situs Bumiayu di museum Dharma Guna yang didirikannya. (55)

Iming-iming uang dalam jumlah menggiurkan tak membuat Nasikhin, warga Dukuh Tengah, Desa Galuhtimur, Kecamatan Tonjong, Brebes merelakan fosil hewan purbakala koleksinya untuk dimiliki secara pribadi. Dia lebih memilih menyimpan koleksinya itu dan memamerkannya kepada khalayak.

BUKAN berarti dirinya tak membutuhkan materi, namun dia merasa lebih bahagia jika fosilfosil koleksinya dapat dinikmati orang banyak dan dapat membawa pengetahuan baru bagi orang lain. Bahkan, demi mewujudkannya, dirinya rela menyulap ruang tamu rumahnya menjadi media display koleksinya. Ruang pamer tersebut dinamai museum mini ”Dharma Guna”.” Dirinya berharap, upayanya tersebut bermanfaat untuk masyarakat. ”Bisa menjadi sumber pengetahuan, khususnya para pelajar,” ucapnya, Minggu (21/2).

Dari sekian banyak koleksinya, Nasikhin mengaku pernah ada yang menawar dengan harga tinggi. ”Saya lebih senang menyimpan dan memamerkannya untuk masyarakat umum,” kata Nasikhin. Menurutnya, jumlah fosil purbakala yang disimpannya mencapai lebih kurang 2.000 fragmen fosil.

Beberapa di antaranya, telah didata dan diidentifikasi petugas dari Balai Pelestarian Situs Manusia Purba (BPSMP) Sangiran. Koleksi yang dipamerkan di antaranya fragmen fosil gajah sinomastodon, stegodon hingga elephas. Lalu buaya, kerbau, badak dan kura-kura. Ada juga fosil hewan laut. Sejak resmi dibuka untuk umum pada 1 Januari lalu, sudah banyak warga yang berkunjung, termasuk siswa dari sejumlah sekolah di Bumiayu. ”Tetap pakai protokol kesehatan, wajib masker dan cuci tangan,” imbuhnya.

Situs Terlupakan

Nasikhin yang sehari hari bekerja sebagai buruh serabutan, mengaku tahu dunia kepurbakalaan setelah perkenalannya dengan Rafli Rizal dan Karsono pada 2015. Dua nama yang memiliki peran penting dalam ”melahirkan kembali” Situs Bumiayu yang lama terlupakan. ”Keduanya juga yang mendorong saya untuk mendirikan museum sederhana ini,” jelasnya.

Dari perkenalannya tersebut, Nasikhin aktif mengikuti aktivitas kepurbakalaan bersama sama dengan kelompok pelestari Buton, BPSMP Sangiran dan Balar Yogyakarta. Ia mengaku banyak mendapat pengetahuan tentang kepurbakalaan. ”Galuhtimur selama ini dikenal sebagai desa yang selalu kekeringan. Tapi ternyata, dibalik tanahnya yang kering ini, tersimpan harta karun pengetahuan yang tak ternilai,” katanya. Koordinator Pelestari Bumiayu- Tonjong (Buton) sekaligus pendiri Museum Purbakala Buton Situs Bumiayu, Rafli Rizal menyambut baik upaya Nasikhin.

”Semoga ini bisa memicu warga lainnya untuk menyimpan, merawat atau melaporkan jika menemukan fosil,” katanya. Museum Dharma Guna, kata Rizal, juga sejalan dengan pelabelan Dukuh Tengah sebagai Kampung Purba oleh Dinas Pariwisata pada Agustus 2018 lalu. ”Warga yang datang ke Kampung Purba bisa melihat koleksi fosil purbakala di rumah bapak Nasikhin,” katanya.

Editor: Imron Rosadi

Tags

Terkini

X