Jadi Mushaf Al-Qur’an Raksasa, Lengkap 30 Juz

- Jumat, 29 Januari 2021 | 01:00 WIB
SM/Mulyanto Ari Wibowo - AYAT AL-QUR’AN: Jendela berukirkan ayat-ayat Al-Qur'an di Museum Islam Nusantara Lasem, Kamis (28/1).(24)
SM/Mulyanto Ari Wibowo - AYAT AL-QUR’AN: Jendela berukirkan ayat-ayat Al-Qur'an di Museum Islam Nusantara Lasem, Kamis (28/1).(24)

Salah satu daya tarik wisata religi tengah dibangun di Rembang. Selain keindahan arsitekturnya, Museum Islam Nusantara Lasem ini menjadi mushaf Al-Qur'an raksasa.

BANGUNAN di selatan Masjid Jami' Lasem itu terlihat mencolok dibanding bangunan lain sekitarnya. Atapnya yang menjulang runcing, membuat warga yang melintas di depan Masjid Jami' Lasem menyempatkan diri untuk menenggoknya. Ya, itulah bangunan yang akan digunakan untuk Museum Islam Nusantara Lasem. Bangunan tiga lantai itu menjadi satu-satunya bangunan dengan arsitektur rumah gadang khas Sumatera Barat di Lasem.

Melonggok lebih dalam lagi, keunikan bangunan akan kembali terlihat. Ayat-ayat suci Al-Qur'an tertoreh di puluhan jendela kayu jati dari bangunan yang masih dalam tahap penyelesaian itu. H Abdul Muid, Takmir Masjid Jami' Lasem mengatakan, hingga Kamis (28/1), sudah separuh lebih dari 30 juz Al-Qur'an yang terpasang sebagai jendela Masjid Jami'. ''Kami perkirakan, dua tiga bulan lagi 30 juz Al-Qur'an sudah terpasang di semua jendela Museum Islam Nusantara Lasem,'' jelas dia.

Dia mengaku butuh perjuangan panjang untuk bisa menorehkan ayat-ayat Al-Qur'an di jendela Museum Islam Nusantara Lasem itu. Dari sejak muncul ide membuat jendela bertuliskan ayat ayat Al-Qur'an, panitia terlebih dahulu berkonsultasi dengan ulama-ulama di Lasem. Setelah disetujui, panitia harus menyusun teknis pembuatannya.

Harus Bersuci

Pertama-tama, panitia harus memastikan pengukir ayat-ayat Al-Qur'an dalam keadaan sudah bersuci. ''Pengukir jendela ini tentu juga harus berbeda dari pengukir biasa. Pengukir jendela kayu ini wajib dalam keadaan suci. Kalau sudah batal dari suci, pengukir wajib kembali bersuci. Karena itu, pengerjaan ukiran itu memakan waktu dan kesabaran lebih,'' jelas dia.

Setelah itu, jendela juga harus diperiksa oleh panitia khusus. "Satu per satu huruf yang ditorehkan juga tidak boleh salah. Kami membuat tim khusus untuk peneliti hasil ukiran. Sehingga sekitar delapan bulan pembangunan ini, baru 15 juz yang bisa dipasang,'' ungkapnya. Haji Muid, sapaan akrabnya, juga mengatakan, bagian yang tak kalah rumit adalah polesan akhir jendela.

''Termasuk pewarnaan juga butuh ekstrahatihati. Kami ingin warna terbaik dengan ayat-ayat suci terlihat menonjol untuk setiap jendela yang terpasang,'' kata dia. Dia menyebut, untuk pembuatan jendela bertuliskan ayat-ayat Al-Qur'an, panitia membuka kesempatan bagi warga yang ingin berdonasi. ''Satu jendela biaya pembuatannya Rp 3 juta.

Kami berencana membuka donasi dari masyarakat yang ingin menyumbang. Namanya nanti akan dituliskan sebagai pendonasi jendela bertuliskan ayat Al-Qur'an,'' kata dia. Selain jendela unik, pemilihan arsitektur rumah gadang sebagai bentuk utama Museum Islam Nusantara Lasem itu, menurut Haji Muid, juga memiliki sejarah tersendiri.

Syahdan, salah satu penyebar agama Islam di Lasem adalah Sultan Mahmud dari Minangkabau. Menurut legenda di Lasem dan sekitarnya, Sultan Mahmud meninggalkan kerajaan untuk menimba ilmu agama Islam. Namun, kapal yang ditumpangi Sultan Mahmud dihempas badai. Saat terombang-ambing ombak, Sunan Bonang menyelamatkan Sultan Mahmud beserta kitab Al-Qur'an. Sultan Mahmud kemudian berguru kepada Sunan Bonang hingga akhir hayatnya.

Sultan Mahmud juga dimakamkan di Jejeruk, tak jauh dari kediaman Sunan Bonang di Desa Bonang, Kecamatan Lasem saat ini. ''Empat keturunan Sultan Mahmud di kemudian hari menjadi ulama besar Lasem. Mereka adalah keluarga Mbah Maksum, Mbah Cholil (keduanya dikenal sebagai pendiri Nahdlatul Ulama-Red), Mbah Masduqi, dan Mbah Maskuri.

Untuk menghormati Sultan Mahmud, kami menggunakan rumah gadang sebagai ciri Museum Islam Nusantara Lasem,'' kata dia. Pembangunan Museum Islam Nusantara Lasem itu menggunakan anggaran Masjid Jami' Lasem, bantuan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, dan anggota DPRD asal Lasem Abdol Azis (Gus Azis). Total anggaran yang sudah terserap untuk bangunan diperkirakan mencapai Rp 3,5 miliar.

"Rp 2,5 miliar di antaranya berasal dari Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Gus Azis. Sisanya, panitia mencarikan,'' jelas dia. Muid mengatakan, masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan panitia hingga pembangunan Museum Islam Nusantara Lasem rampung. "Kalau bangunan, kita mungkin juga butuh lif untuk pengunjung yang sudah sepuh.

Namun belum tahu nanti pendanaannya bagaimana,'' ungkapnya. Takmir Masjid Jami' Lasem itu mengatakan, kehadiran Museum Islam Nusantara Lasem itu diharapkan semakin memperkaya khazanah budaya Lasem dan Jawa Tengah. Di sekitar Masjid Jami' Lasem juga banyak dikunjungi jamaah untuk ziarah Mbah Sambu, Mbah Maksum, dan beberapa kiai lainnya.

Halaman:

Editor: Imron Rosadi

Tags

Terkini

X