Sistem Kendali Diduga Bermasalah

Red
- Senin, 11 Januari 2021 | 01:20 WIB
SM/rep.ppid.basarnas.go.id - SERPIHAN PESAWAT : Sejumlah petugas menata temuan serpihan pesawat dan bagian jenazah penumpang Sriwijaya Air SJ 182 di Posko Terpadu JICT 2 Tanjung Priok, Minggu (10/1). TNI-AL juga mengerahkan beberapa Kapal Republik Indonesia (KRI) untuk melakukan pencarian pesawat. Salah satunya KRI Rigel-933 yang memiliki peralatan mendeteksi situasi bawah laut. Penyelam Denjaka menemukan serpihan pesawat di dasar laut. (24)
SM/rep.ppid.basarnas.go.id - SERPIHAN PESAWAT : Sejumlah petugas menata temuan serpihan pesawat dan bagian jenazah penumpang Sriwijaya Air SJ 182 di Posko Terpadu JICT 2 Tanjung Priok, Minggu (10/1). TNI-AL juga mengerahkan beberapa Kapal Republik Indonesia (KRI) untuk melakukan pencarian pesawat. Salah satunya KRI Rigel-933 yang memiliki peralatan mendeteksi situasi bawah laut. Penyelam Denjaka menemukan serpihan pesawat di dasar laut. (24)

JAKARTA - Pakar penerbangan Alvin Lie memperkirakan sistem kendali Sriwijaya SJ-182 bermasalah sebagaimana dialami Air Asia QZ 8501 pada 2014.

Menurutnya, dalam kasus tersebut, elevator mengalami masalah yang membuat pesawat menghujam ke bawah. Dia pun mengungkapkan, Sriwijaya Air SJ 182 hanya membutuhkan waktu 20 detik saat jatuh dari ketinggian 10.000 kaki hingga terempas ke permukaan laut.

Berdasar grafik dan data penerbangan, pesawat kehilangan ketinggian secara drastis pada posisi 10.000 kaki di atas permukaan laut. Pesawat terakhir terlihat di ketinggian 250 kaki. ”Kecepatan vertikalnya mendekati 30.000 kaki per menit. Jadi kalau pada ketinggian 10.000 kaki, terhempas ke permukaan (laut) itu hanya butuh 1/3 menit atau 20 detik,” kata Alvin, Sabtu (9/1) malam.

Alvin juga menjelaskan, salah satu fungsi sistem kendali yang berupa sayap horizontal di belakang pesawat adalah mengontrol derajat kemiringan naik turunnya badan pesawat. ”Bisa juga pesawat ini belum stabil kemudian mengalami high speed stall,” ujarnya.

Stall merupakan kondisi di mana pesawat kehilangan daya angkat. Kondisi ini bisa terjadi ketika pesawat melaju dengan bagian hidung miring ke atas lebih dari 15 derajat. Kehilangan daya angkat ini bisa terjadi pada pesawat dengan laju kecepatan tinggi (high speed) dan kecepatan rendah (low speed).

Dalam ilmu fisika, desain sayap merupakan kunci agar suatu pesawat dapat terangkat ke udara. Sayap didesain agar bagian atasnya dapat menerima kecepatan udara yang lebih dari bagian bawah. Akibatnya, tekanan udara yang ada di bagian bawah sayap lebih besar dari bagian atas sayap.

Hal inilah yang mengakibatkan pesawat terangkat ke udara. Ketika pesawat terbang datar, tidak terdapat kemiringan ke atas (nose up) pada hidung pesawat. Pada keadaan normal, nose up berkisar antara 2 hingga 5 derajat. Namun, jika nose up lebih dari 15 derajat, maka beban pesawat menjadi lebih berat. Kemiringan ke atas lebih dari 15 derajat secara terus-menerus dapat mengakibatkan suatu pesawat kehilangan daya angkat dan kemudian jatuh.

Lebih lanjut, Alvin menilai jatuhnya Sriwijaya Air SJ 182 ini tidak berkaitan dengan usia pesawat, Menurutnya, meski pesawat sudah tua, jika perawatan dilakukan dengan baik, maka hal itu tidak akan berpengaruh. ”Walaupun pesawat usianya sudah 26 tahun, tapi asal perawatannya baik, tidak ada masalah. Kemudian pesawat ini pernah dikandangkan oleh Sriwijaya antara 23 Maret sampai 23 Oktober tahun lalu, setelah itu sudah terbang lagi,” ujarnya.

Sementara itu, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi bersama Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, Kepala Basarnas Bagus Puruhito, Ketua KNKT Soerjanto Tjahjanto, Dirut Jasa Raharja Budi Rahardjo, dan Dirjen Perhubungan Udara Novie Riyanto menyampaikan progres temuan bagian pesawat Sriwijaya SJ- 182 oleh tim gabungan di lapangan.

Hal tersebut disampaikan Menhub saat berada di Kapal KRI John Lie milik TNI yang akan menuju lokasi ditemukannya bagian dari pesawat. ”Dari apa yang kami dapatkan hari ini ada suatu kemajuan. Ini menunjukkan kinerja dari semua pihak di lapangan berjalan dengan baik. Kami mohon doa dari semua masyarakat agar proses pencarian ini bisa berjalan dengan baik,” jelas Menhub.

Panglima TNI menambahkan, Kapal Rigel milik TNI bersama tim gabungan yang diterjunkan melakukan pencarian telah menemukan sinyal dari pesawat Sriwijaya Air SJ 182. Kemudian tim penyelam dari tim Kopaska juga menemukan beberapa bagian dari pesawat, seperti pecahan pesawat, life vest, warna bagian dari pesawat, bagian registrasi pesawat dan sejumlah temuan lainnya.

Barang-barang tersebut ditemukan dari kedalaman sekitar 23 meter dari permukaan laut. Jenderal bintang empat itu menyampaikan posisi pesawat Sriwijaya SJ 182 saat ini ada di kedalaman 23 meter di bawah permukaan laut. Tim bersiap melakukan upaya pengangkatan badan pesawat. Hadi menyampaikan para penyelam hanya akan mengambil potongan pesawat yang kecil. Di saat yang sama, tim menyiapkan kapal yang dilengkapi penderek (crane) untuk mengangkat badan pesawat.

”Bagian-bagian yang besar akan kita datangkan kapal yang memiliki kemampuan crane untuk mengangkat bagianbagian tersebut,” tutur Hadi. Hadi juga mengonfirmasi Tim SAR gabungan telah berhasil menemukan sinyal kotak hitam pada Minggu (10/1). Penyelam akan diterjunkan mencari alat tersebut untuk kepentingan investigasi. ”Mudah-mudahan dalam waktu yang tidak terlalu lama black box tersebut bisa kita angkat sehingga sebagai bahan KNKT untuk mengetahui penyebab terjadinya kecelakaan tersebut,” ujarnya.

Soerjanto Tjahjono mengatakan, KNKTsudah menerjunkan tim menuju ke lokasi dengan menggunakan Kapal Baruna Jaya IV milik Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) yang memiliki kemampuan untuk mendeteksi bentuk atau objek di bawah permukaan laut. Kapal ini juga memiliki kemampuan membaca sinyal dua jenis black box pesawat, yaitu cockpit voice recorder (CVR) dan flight data recorder (FDR). Pihak berwenang diminta untuk mengerahkan seluruh kekuatannya untuk mendukung proses pencarian para korban hilangnya pesawat Sriwijaya Air SJ-182 Jakarta - Pontianak.

Halaman:

Editor: Imron Rosadi

Tags

Terkini

X