BANDUNG, suaramerdeka.com - Gempa bumi menggedor wilayah Banyubiru, Ambarawa dan Salatiga dalam dua hari terakhir.
Setidaknya 33 kali getaran terekam dari Sabtu ke Minggu (23-24/10) yang membuat kaget warga dan laporan kerusakan bangunan.
Menurut Ahli Gempa BKMG, Daryono, mencermati data parameter gempa yang terjadi menunjukan bahwa berdasarkan sebaran temporal magnitudo gempa, fenomena tersebut dapat dikategorikan sebagai gempa swarm.
Gempa swarm merupakan serangkaian aktivitas gempa bermagnitudo kecil dengan frekuensi kejadian yang sangat tinggi, berlangsung dalam waktu “relatif lama” di suatu kawasan, tanpa ada gempa kuat sebagai gempa utama (mainshock).
Baca Juga: MPL ID Season 8: Evos dan Alter Ego Gagal Melaju, Tiket M3 Menjadi Milik RRQ Hoshi dan Onic Esports
Hasil monitoring BMKG menunjukan bahwa dari lebih 30 gempa yang terjadi memang memiliki magnitudo kecil, bahkan tidak ada yang melebihi magnitudo 3,5.
Gempa paling banyak terjadi memiliki magnitudo kurang dari 3,0 dengan magnitudo terkecil yang dapat dianalisis adalah gempa dengan magnitudo 2,1.
"Seluruh gempa yang terjadi merupakan gempa sangat dangkal dengan kedalaman kurang dari 30 kilometer. Gempa paling banyak terjadi berada pada kedalaman kurang dari 10 Km. Gempa terdangkal berada pada kedalaman 3 Km yang terjadi sebanyak 3 kali," katanya dalam keterangan Minggu (24/10).
Dijelaskan, gempa swarm bukan kasus pertama yang terjadi. Sebelumnya kejadian serupa pernah tercatat di antaranya di Klangon, Madiun pada Juni 2015, Jailolo, Halmahera Barat pada Desember 2015, dan Mamasa, Sulawesi Barat pada November 2018.
Baca Juga: Perguruan Tinggi Bisa Bantu Diplomasi Publik Lebih Efektif
Artikel Terkait
Gempa Bumi 3 SR Guncang Ambarawa, Pusat Gempa di Barat Laut Salatiga
Gempa Bumi Guncang Ambarawa dan Salatiga, Tanda-tanda Gunung Telomoyo Akan Meletus?
Wilayah Ambarawa dan Salatiga Pernah Enam Kali Diguncang Gempa Bumi Sejak Abad 19, Berikut Catatan Sejarahnya