16 Tahun Gelar Homeschooling

- Sabtu, 3 Oktober 2020 | 01:07 WIB
SM/Surya Yuli P : PEMBELAJARAN : Samuel Saputra dan istrinya Dr Inawati Budiono memantau kegiatan guru saat pembelajaran jarak jauh dengan siswa yang berada di rumah. (55)
SM/Surya Yuli P : PEMBELAJARAN : Samuel Saputra dan istrinya Dr Inawati Budiono memantau kegiatan guru saat pembelajaran jarak jauh dengan siswa yang berada di rumah. (55)

Sebagian besar sekolah saat pandemi Covid-19, tidak siap melaksanakan pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau pendidikan daring, di mana siswa belajar sepenuhnya dari rumah. Salah satu lembaga pendidikan yang sudah siap melaksanakan pembelajaran saat pandemi adalah Destiny Institute Salatiga karena sudah lebih dari 12 tahun melaksanakan program homeschooling community.

LEMBAGA pendidikan Destiny Institute Salatiga berada di Jl Aliwijayan, Pengilon, Kelurahan Mangunsari, Kecamatan Sidomukti. Sekolah yang menggunakan bahasa Inggris sebagai pengantar pembelajaran itu, mengadopsi kurikulum pendidikan dari Amerika Serikat.

Home Schooling Community (Sekolah Rumah Komunitas) Destiny Institute Salatiga, melayani pendidikan pada level SD, SMP, dan SMA. Pendidikan yang diterapkan tidak berbeda dengan slogan Menteri Pendidikan Nadiem Makarim, yakni ”Merdeka Belajar”. Ya, program pendidikan yang dilaksanakan Destiny Institute Salatiga, memberikan kebebasan belajar siswa dalam belajar, tapi dengan koridor kurikulum yang ada. Guru diidentikkan dengan supervisor, di mana supervisor utama adalah orang tua. ”Kunci utama pendidikan homeschooling ada pada orang tua dan keluarga. Guru di Destiny Institute bertugas melengkapi supervisi yang dilakukan orang tua,” kata pengelola Destiny Institute, Samuel Saputra didampingi istrinya, Dr Inawati Budiono SPd MA.

Dengan sistem merdeka belajar, siswa bisa meminta kepada guru tambahan pelajaran secara terus menerus, sesuai dengan koridor kurikulum yang ada. Dampaknya siswa bisa lulus cepat. ”Ada siswa kami yang lulus SMA ketika akan memasuki usia 16 tahun. Itu pun sudah kami tahan-tahan agar tidak lulus cepat, karena usianya terlalu muda,” ungkap Samuel didampingi Kepala Sekolah, Lia Likollo.

Pada sisi lain, dengan program homeschooling yang ada, siswa dan orang tua bisa menentukan sendiri materi pembelajaran yang ingin dipelajari. Modul-modul belajar sudah disiapkan, yang setiap saat bisa dipelajari siswa. Dengan sistem ini, siswa dan orang tua, juga bisa menyesuaikan serta menentukan sendiri waktu liburan. Waktu belajar dapat dipercepat sebelum liburan atau belajarnya dirapel setelah liburan selesai. Dengan program yang ada, siswa dari luar kota atau kabupaten/ kota lain, bahkan dari provinsi lain, dapat belajar atau menuntut ilmu di Destiny Institute Salatiga. Intinya pembelajaran yang dilakukan fleksibel, di mana siswa atau anak yang menentukan sendiri keinginan belajar mereka. Sebelum pandemi, homeschooling sudah pasti dilaksanakan di rumah. Namun Destiny Institute tetap menyediakan meja khusus belajar (tanpa kelas) kepada siswa di sekolah. Siswa hanya berinteraksi dengan guru, ketika mengalami kesulitan baik terkait pembelajaran atau persoalan lainnya.

Siswa bisa bermain sambil belajar dan lainnya. Tidak ada pekerjaan rumah, sehingga di luar waktu belajar, dipakai untuk berinteraksi. Selama masa pandemi Covid-19, Destiny Institute memperkuat jaringan internet, agar komunikasi via google classroom atau zoom meeting lebih lancar.

Cinta Tanah Air

Samuel mengungkapkan, meskipun mengadopsi pendidikan Amerika, semangat cinta Tanah Air dan kebangsaan tetap ditanamkan di Destiny Institute. Peringatan Kemerdekaan RI dan peringatan Hari Pahlawan serta lainnya selalu dilaksanakan. Sekolah itu juga menanamkan semangat kebinekaan pada siswa sebagai ciri khas Indonesia.

Dia juga menceritakan awal berdirinya Destiny Institute, sebagai pengalaman pribadi dalam mendidik anak sendiri, melalui program homeschooling, lebih dari 16 tahun lalu. Setelah melewati program homeschooling, anak pertama Samuel melanjutkan studi ke Amerika dan studi lanjut lagi di Tanah Air.

Beberapa lulusan Destiny Institute juga telah tersebar di sejumlah universitas di Tanah Air dan luar negeri. Samuel menerangkan pula siswa yang mengikuti pendidikan bisa mengikuti program penyetaraan (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Destiny), yang telah diakui oleh Bidang Pendidikan Non-Formal Dinas Pendidikan. Setiap periodik siswa Destiny Institute menghadiri Student Convention, semacam olimpiade yang diikuti berbagai komunitas homeschooling di Tanah Air.

Cabang yang dilombakan di antaranya story telling, pidato bahasa Inggris, musik, olahraga, dan lainnya. (Surya Yuli P-56)

Editor: Teguh Wirawan

Tags

Terkini

X