Warga Bendan Duwur Gelar Doa Bersama Keselamatan Bangsa di Gunung Talang

Setiawan Hendra Kelana
- Kamis, 20 Agustus 2020 | 04:44 WIB
TANDATANGAN: Masing-masing perwakilan RW di Kelurahan Bendan Duwur, Gajahmungkur, bersama dengan stake holder terkait lainnya saat menandatangani deklarasi bersama ''Kampung Siaga Candi Hebat''. (suaramerdeka.com / Siswo Ariwibowo)
TANDATANGAN: Masing-masing perwakilan RW di Kelurahan Bendan Duwur, Gajahmungkur, bersama dengan stake holder terkait lainnya saat menandatangani deklarasi bersama ''Kampung Siaga Candi Hebat''. (suaramerdeka.com / Siswo Ariwibowo)

SEMARANG, suaramerdeka.com - Warga Bendan Duwur, Gajahmungkur, menggelar doa bersama keselamatan bangsa di Gunung Talang. Kegiatan tersebut dalam rangka memperingati perayaan HUT ke-75 Kemerdekaan RI, sekaligus tahun baru Islam 1 Muharram 1442 Hijriyah. Hadir dalam kegiatan yakni anggota DPRD Kota Semarang asal PDIP Nungki Sundari, perwakilan warga dari seluruh RW, Lurah Bendan Duwur, dan seluruh Forkompincam Gajahmungkur.

Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) Bendan Duwur, Edi Pranoto, menyampaikan, kegiatan tersebut merupakan bentuk rasa syukur warga atas kesempatan untuk menikmati hidup sebagai bangsa yang telah merdeka selama 75 tahun. Kegiatan antara lain diisi dengan parade tumpeng berasal dari perwakilan RW, aksi teatrikal dari seniman Bowo Kajangan, musik-musik religi, dan peluncuran ''Kampung Siaga Candi Hebat''.

Mengingat kegiatan dilaksanakan pada saat pandemi Covid-19, maka masyarakat yang hadir dibatasi. Selain itu, acara juga dilaksanakan dengan mematuhi aturan sesuai SOP Protokol Kesehatan. "Selain doa bersama ada tampilan budaya juga di acara ini, sebagai wujud pluralisme di Bendan Duwur," ujar dia, ditemui disela-sela acara, Rabu (19/8) malam.

Kegiatan ini, papar Edi, merupakan wujud kebersamaan dan keswadayaan masyarakat. Terwujud atas inisiatif dan partisipasi warga Bendan Duwur, yang dirancang secara mendadak hanya dalam waktu beberapa hari saja. Walaupun begitu, pihaknya turut mengundang Pemkot Semarang untuk turut hadir dalam kegiatan.

Baca juga: Grab dan Pemkot, Kolaborasi Kembangkan Semarang Smart City

Aksi kebudayaan, menurutnya, dihadirkan untuk meramaikan suasana kebersamaan diantara masyarakat yang berkumpul. Bukan untuk menghilangkan aspek-aspek yang bersifat tahayul dan mistis.

"Dipilihnya Gunung Talang karena lokasi ini memiliki ikatan sejarah yang berkaitan dengan keberadaan Kadipaten Semarang. Lokasi ini pernah digunakan untuk rumah dinas Bupati Semarang, sekitar 1974. Kemudian bangunan sempat roboh, dan Kadipaten Semarang pun berpindah tempat sehingga kemudian digunakan sbagai padepokan pencak silat. Mengalami kejayaan pada era 1980 hingga 1997," kata dia.

Bangunan di kawasan tersebut selanjutnya ditinggalkan dan sepi aktivitas, sehingga menjadi terbengkalai dan tidak terawat. Membuat kawasan sekitar terlihat menyeramkan. Untuk itu, ucap Edi, ada usaha dari masyarakat Bendan Duwur untuk menghidupkan kembali suasana dan aktivitas di lokasi tersebut.

''Ini masyarakat mencoba bergerak bersama, untuk kembali mengembalikan Gunung Talang agar ada aktivitas masyarakat di sana. Kami berharap, Pemkot Semarang akan mengizinkan agar lokasi ini dapat digunakan bagi kegiatan Pasar Rakyat. Dilangsungkan dalam sepekan sekali yakni pada Minggu, yang bisa dikolaborasikan untuk kegiatan olahraga. Sekaligus untuk menghilangkan kesan seram dan mistis, serta bisa memberi nilai manfaat bagi masyarakat,'' ungkap Edi.

Editor: Setiawan Hendra Kelana

Terkini

X