YOGYAKARTA, suaramerdeka.com - Pengamat politik digital Bambang Arianto, menilai pernyataan Profesor National University of Singapore, Kishore Mahbubani yang memuji Presiden Joko Widodo sebagai sosok pemimpin jenius, terlalu subjektif.
Pasalnya menurut peneliti Institute for Digital Democracy (IDD) pernyataan ini lebih tepat diutarakan relawan maupun pendukung setia Presiden Joko Widodo bukan dari seorang figur akademisi.
"Sejatinya akademisi itu tentunya harus objektif dalam memberikan sebuah kesimpulan. Jelas pernyataan ini bisa merusak kaidah-kaidah ilmiah karena indikator yang digunakan dalam menyimpulkan kepemimpinan politik semakin tidak jelas," kata dia.
Apalagi di media sosial, tentu ini akan berbahaya karena publik seolah dipaksa untuk mempercayai bahwa kepemimpinan Presiden Joko Widodo 100 persen berhasil memuaskan rakyat.
"Tentu ini akan menutupi beberapa kelemahan kepemimpinan Presiden Jokowi terutama dalam beberapa hal," kata Bambang.
Sebut saja, tambah dia, terkait pelembagaan demokrasi, perlindungan HAM, anti korupsi yang di era Presiden Joko Widodo justru mengalami penurunan yang drastis.
Baca Juga: Pro dan Kontra Densus 88, Ini Kata Mantan Napiter
"Coba lihat indeks demokrasi kita yang turun, kemudian corruption perception index juga makin terpuruk. Kenapa indikator ini tidak dilihat? Padahal penilaian ini dalam konteks kepemimpinan politik," kata dia.
Memang bila dikomparasi dengan model kepemimpinan sebelumnya Presiden Jokowi cukup berhasil dalam mengenjot infrastruktur dan memperbaiki birokasi yang selama ini tersumbat.
Artikel Terkait
Presiden Joko Widodo Minta Penyaluran Kredit UMKM Ditingkatkan Capai 30 Persen
Tinjau Vaksinasi SLB Negeri 1 Bantul, Presiden Joko Widodo 'Ditodong' Siswa Berikan Kibor
Joko Widodo Ternyata Ketahuan Ikut Vaksinasi di Klaten
Kasus Covid-19 Indonesia Membaik, Presiden Joko Widodo Minta Jajaran Jaga Momentum
Sampaikan Pidatonya pada Sidang PBB, Presiden Joko Widodo Sampaikan 4 Hal Ini