Perjalanan Melelahkan ke Merauke, Dampak dari Penerbangan yang Ditunda

- Minggu, 3 Oktober 2021 | 08:34 WIB
Saya bersawafoto bersama penari Papua saat tiba di Bandara Mopah Merauke, Sabtu 2 Oktober . (suaramerdeka.com/Moch Kundori)
Saya bersawafoto bersama penari Papua saat tiba di Bandara Mopah Merauke, Sabtu 2 Oktober . (suaramerdeka.com/Moch Kundori)

PAPUA, suaramerdeka.com - Perjalanan menuju Merauke, salah satu kabupaten di Papua yang digunakan tempat pertandingan PON XX 2021 bagi saya cukup melelahkan.

Ini karena ada pemberitahuan mendadak dari pihak maskapai penerbangan yang saya tumpangi, ternyata menunda jadwal penerbangan itu.

Saya bersama rekan-rekan  media dari Jawa Tengah mendapat tugas peliputan PON XX Papua.

Baca Juga: Kemarahan Risma Memunculkan Pro dan Kontra, Ini Pendapatnya

Kebetulan saya mendapatkan tugas di Merauke kota paling ujung Papua yang berbatasan dengan Papua Nugini.

Teman lain yang berjumlah delapan orang disebar antara Jayapura, Kabupaten Jayapura, dan Mimika.

Di Merauke ini saya berdua dengan teman lain media online.

Baca Juga: Konservasi dan Revitalisasi, Perlindungan terhadap Bahasa dan Sastra Daerah

Perjalanan melelahkan karena ada pemberitahuan mendadak penerbangan ditunda sekitar tiga jam.

Jadwal semula harus bertolak pada Minggu 2 Oktober pukul 00.30 diundur mejnadi 03.30 WIB dari Bandara Soekarno Hatta Jakarta.

Padahal penerbangan dari Semarang tetap pukul 15.50 sore hari sebelumnya.

Untuk menunggu penerbangan itu, saya harus begadang semalaman di bandara Jakarta.

Setelah terbang dari Jakarta tidak langsung menuju Merauke dan harus singgah di Bandara Hasanuddin Makasar.

Di kota dengan nama lain Ujung Pandang ini kami harus  transit lagi sekitar satu jam.

Penerbangan dilanjutkan  menuju Merauke pukul 8.40 WITA. Maka sampailah dengan lancar dan selamat di Bandara Merauke pukul 13.30 WIT.

Di bandara yang bernama Mopah ini, semua yang turun dari pesawat disambut tarian adat Papua.

Saya bukan kontingen besar Jateng dalam penerbangan itu.

Saya dikategorikan penerbangan anggota panitia dari Jawa Tengah.

Khusus ke Merauke bersama saya itu empat orang lain. Mereka dua dari keamanan dua wartawan dan satu pemandu.

Semua penerbangan yang saya tumpangi menggunakan maskapai Batik Air.

Dari kontingen KONI Jateng, penerbangan dilakukan bertahap sesuai jadwal pertandingan cabang olahraga masing-masing.

Sebenarnya saya ingin juga naik Garuda seperti rekan rekan kain baik dari atlet maupun panitia.

Memang katanya selain ke Merauke, semua penerbangan menggunakan Garuda.

Tetapi akhirnya saya berfikir, tidak apalah terpenting tiba dengan selamat.

Dan semoga pulang pun nanti selamat.

Baru tiba di Bandara Merauke pun saya belum bisa tenang.

Maklum harus mencari tempat penginapan.

Semua wartawan yang dikirim KONI Jateng selanjutnya menjadi tanggungan PB PON untuk urusan akomodasi.

Berarti saya tidak bisa menginap di penginapan bersama para panitia dari KONI Jateng.

Padahal mereka menginap di hotel Swissbelhotel Merauke. Tahu sendiri, bagaimana fasilitas menginap di hotel berbintang itu.

Memang benar, setelah saya cek, saya tidak termasuk yang difasilitasi di hotel itu.

Padahal saya berharap, siapa tahu bisa menginap di bersama para panitia KONI Jateng.

Akhirnya saya mencari lokasi penginapan yang difasilitasi PB PON.

Oleh panitia PB PON, saya mendapatkan penginapan semacam losmen.

Akhirnya di sinilah tempat penginapan saya dan satu teman media yang beranama CMS, tempat karaoke yang disulap menjadi penginapan khusus untuk PON XX Papua 2021.

Tidak apa apa yang penting bisa untuk istirahat apa pun fasilitasnya.

Toh nanti saya akan lebih banyak seharian di lokasi pertandingan.

Lokasi losmen ini lumayan jauh dari lokasi pertandingan dan keramaian kota.

Mungkin perlu satu atau setengah jam kendaraan menuju setiap lokasi pertandingan.

Di Merauke ini hanya ketempatan enam pertandingan PON masing-masing Wushu, gulat, anggar, bermotor, sepakbola putri, dan catur.

Editor: Nugroho Wahyu Utomo

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X