Bangun Guyup Warga dengan Musik

Andika
- Selasa, 4 Februari 2020 | 05:28 WIB
Lurah Brumbungan, FX Hanis Triyono. (suaramerdeka.com / Eko Edi Nuryanto)
Lurah Brumbungan, FX Hanis Triyono. (suaramerdeka.com / Eko Edi Nuryanto)

TIGA tahun lalu, tepatnya Januari 2017, FX Hanis Triyono ditugaskan sebagai Kepala Kelurahan Brumbungan, Kecamatan Semarang Tengah. Lurah yang sebelumnya mengabdi selama 17 tahun di Kelurahan Pendrikan Kidul, mulai dari staf hingga kedudukan terakhir sekretaris kelurahan itu, bercerita bahwa memasuki Brumbungan kondisinya sudah baik.

Kelurahan seluas 30 hektare dengan jumlah penduduk 3.600-an jiwa layaknya kelurahan di perkotaan, infrastruktur sudah tertata.  "Saat itu sudah baik, saya mencoba agar Brumbungan menjadi lebih baik," ujar pegawai negeri yang sempat bertugas di DPU selama 12 tahun.

Tak lama kemudian ada proyek pembuatan Taman Nada yang berada persis di sisi barat kantor kelurahan kelurahan. "Pak Wali Kota berpesan agar taman ini diuri-uri untuk kegiatan musik," tutur Semarang 14 November 1966.

Sampai kini acara musik rutin digelar setiap Rabu pada minggu terakhir. ''Live musik keroncong, biasanya komunitas keroncong Kota Semarang. Kadang bergantian dengan musik lain seperti  band koes plusan, tembang kenangan, yang kita fasilitasi bersama masyarakat,'' kata suami Agnes Heni itu.

Dia berharap membangun silaturahmi warga dengan musik. "Ini kegiatan positif untuk membangun semangat warga Brumbungan, silaturahmi, sambil santai nikmati musik, makan snack gratis di Taman Nada," jelas ayah dari Ferdi, Fira, Fiona.

Ternyata, lanjut dia, dengan kegiatan di Taman Nada, masyarakat makin kompak dan solid. Itu menjadi modal untuk membangun Brumbungan lebih maju. Jumat, (7/2) mendatang, misalnya mendatangkan grup dari Yogyakarta, Adip Plus Band untuk mengisi isi Taman Nada dengan lagu-lagu "Kebetulan saya hobi nyanyi. Saya senang jika lihat warga rukun dan senang," ujar Hanis yang menginformasikan pengunjung juga datang dari kampung lain.

-

Selain musik, yang menjadi perhatiannya adalah bank sampah. Kelurahan yang batas selatan jalan DI Panjaitan, sebelah timur Jalan Ki Mangunsarkoro, utara Jalan karanganyar dan sisi barat Jalan Gajah Mada itu, juga memiliki bank sampah pioner di Semarang, yaitu  Bank Sampah Mulyo Sedoyo. "Baru-baru ini dapat penghargaan dari Persada Gogreen Yogyakarta. Dapat penghargaan platinum, termasuk lima bank sampah terbaik di Kota Semarang," kata dia.

Setiap kali penimbangan yang dijadwalkan setiap Kamis pukul 12.00-14.00 dihasilkan 1-1,5 ton. Jumlah nasabah mencapai 350 orang. "Anggotanya bertambah tiap bulan, bahkan meluas hingga warga luar Brumbungan. Ada ysng dari Tlogosari dsn Tanah Mas," urai lurah dari lima RW dan 35 RT itu.

Sistemnya, nasabah menabung dan diambil jelang lebaran. "Rekor pemilik tabungan terbanyak sampai Rp 7 juta, itu diberikan penuh menjelang Lebaran," jelas Hanis.

Bank sampah itu juga memilah sampah untuk didaur ulang menjadi tas, serta membuat komposting yang menghasilkan pupuk cair. ''Lumayan satu botol dihargai Rp 15 ribu,'' tambah lelaki tinggi langsing itu.

Program bank sampah tersebut menurut dia terkoneksi dengan program Semarang wegah nyampah, yang digulirkan Wali Kota. Warga kota diharapkan sadar tidak membuang sampah sembarangan. ''Targetnya 2025 Semarang bebas sampah. Pak Wali Kota ingin kotane resik, Semarang harus bersih, '' sambung lelaki yang tinggal di Griya Lestari itu.

Hanis yang mengaku merogoh dari kocek pribadinya itu senang jika warga senang. "Ingin guyub rak sah mikkr biaya. Itu moto saya," ujar dia.

Editor: Andika

Terkini

X